Singkawang tidak boleh terlewatkan dari daftar kota-kota di Indonesia yang merayakan Imlek dengan meriah. Pasalnya, kota yang diberi julukan Kota Seribu Kelenteng ini memiliki sejarah yang tidak bisa dipisahkan dengan etnis Tionghoa dalam perkembangannya hingga kini.
Menurut data yang tercatat di BPS tahun 2011, ada 246.306 penduduk dan 42% di antaranya adalah keturunan Tionghoa. Konon, orang-orang Tionghoa sudah ada di kota ini sejak ratusan tahun lalu hingga kota ini dilihat sebagai Pecinan alias Chinatown.
Perayaan Imlek 2020 di Singkawang
Untuk Imlek 2020, panitia Imlek sudah ‘memoles’ kota dengan berbagai ornamen khas, salah satunya yakni lampion. Sebanyak 10 ribu buah lampion merah ditargetkan terpasang di seluruh kota Singkawang untuk menyambut perayaan Imlek 2020 yang dimulai tanggal 23 Januari 2020.
Perayaan Imlek 2020 di Singkawang akan berpusat di Stadion Kridasana. Di sana sudah dibangun replika Pagoda setinggi delapan tingkat. Dua tingkat di antaranya akan dibuka untuk turis. Selain itu, ada dua pentas utama yang akan diisi dengan kegiatan pagelaran seni dan budaya multietnis, serta berbagai pameran dari UMKM.
Ada pula replika sepasang tikus raksasa setinggi 2,5 meter sebagai simbol dari tahun tikus, yang dipajang di sekitar replika Pagoda. Tikus raksasa ini akan dikeluarkan dan mengikuti agenda Pawai Lampion pada tgl 6 Februari–akhir perayaan Imlek di Singkawang.
Asal Muasal Kedatangan Etnis Tionghoa di Singkawang
Disebut Harry Purwanto dalam buku Orang Cina Khek dari Singkawang (2005), sejak 1740 para nenek moyang Tionghoa itu datang dan dipekerjakan di pertambangan emas yang terletak di Monterado oleh sultan Sambas. Seiring berjalannya waktu, para pekerja Tionghoa menawarkan teknologi yang lebih baik. Jumlah mereka kian banyak dan akhirnya berhasil mendirikan kongsi-kongsi tambang. Satu yang paling terkenal, yakni Lan Fang.
Singkat cerita, kongsi-kongsi tersebut ‘lenyap’. Monterado tidak lagi jadi tujuan, tapi Singkawang yang semula hanya jadi persinggahan mereka saat menuju Monterado, akhirnya dipilih sebagai tempat tinggal bagi penduduk Tionghoa yang tidak lagi jadi penambang karena letaknya strategis dan tanahnya subur untuk bertani. Setelah emas di sana hilang kejayaannya, Singkawang berkembang sebagai pemukiman. Nama Singkawang sendiri berasal dari kata San Kew Jong, yang dalam bahasa Hakka berarti gunung, muara, dan laut.
Hingga kini, banyaknya keturunan Tionghoa yang menetap di sana. Karena itu pula, perayaan Imlek di Singkawan selalu meriah setiap tahunnya.
Kuliner Khas Imlek di Singkawang
Berkunjung ke suatu daerah atau menghadiri festival tertentu, tidak lengkap rasanya kalau tidak mencicipi kuliner khasnya. Nah, untuk Imlek di Singkawang, salah satu menu kuliner yang harus anda coba adalah Mi Panjang Umur. Nama aslinya sebenarnya adalah Mi Asin Singkawang, namun untaian mi yang panjang dan filosofi panjang umur di baliknya, membuat masyarakat setempat lebih senang menyebutnya sebagai Mi Panjang Umur.
Menu-menu lain yang bisa dinikmati adalah menu khas Imlek yang cenderung sama dengan daerah lainnya, yakni Yu Sheng (salad campuran buah dan sayur), Sup Delapan Jenis, Kue Keranjang, telur yang direbus dengan daun teh, ikan bandeng utuh, ayam atau bebek utuh, jiaozi, kue mangkuk, manisan, dan jeruk mandarin. Menurut kepercayaan mereka, dengan menyediakan makanan-makanan ini di meja saat Imlek, dipercaya bisa mendatangkan keburuntungan, lho!
Singkawang adalah satu dari banyak lokasi perayaan Imlek 2020 yang meriah di Indonesia. Meski tidak ikut merayakannya secara keagamaan, namun suasana festive-nya jelas bisa dinikmati semua termasuk anda