Mencari rumah makan yang masakannya lezat, unik, berkarakter dan ‘sedikit’ berjuang memang tidak mudah. Tapi, kalau Traveler jeli dikit, menuju daerah kota Bumi Serpong Damai (BSD) Tangerang, disitu ada rumah makan yang letaknya tersembunyi, namun kelezatannya tercium kemana-mana. Itulah Warung Tuman, salah resto yang tidak hanya menyajikan kelezatan masakannya, namun menghadirkan suasana alami ala pedesaan di tengah kawasan perkotaan padat seperti BSD ini.
Untuk menemukan Warung Tuman, memang harus berjuang sedikit. Lokasinya yang agak ‘mblusukan’, setelah dari jalan raya utama, sekitar 300 meter ke dalam. Jika mencari lewat Google Maps, titiknya memang tidak persis sampai ke lokasi yang dituju. Traveler cukup cari plang dengan tulisan ‘Jalan Keramat Beringin II, Ciater Tengah’, nanti ada sebuah jembatan kuning. Harus masuk lagi ke dalam, membelok ke arah perkampungan, menyeberangi sungai, melewati hutan bambu dan area pemancingan, hingga akhirnya bertemu dengan suatu rumah dengan suasana yang apa adanya, tapi asyik banget! Dan ingat, memakai Google Maps berarti jaringan internetnya harus oke. Dengan XL Axiata yang jaringan internetnya stabil, google maps nya pun lancar. Click disini untuk memastikan jaringan di daerahmu itu sudah terkoneksi jaringan XL Axiata.
Konsep tradisional sangat kentara pada keberadan Warung Tuman, hal tersebut bisa dilihat, seperti pada area dapurnya (pawon) yang terkesan apa adanya, yah agak sempit dan berantakan, khasnya dapur tradisional pada umumnya. Juga pada area makan, dengan bale-bale dan posisi duduk apa adanya, ditambah lagi dengan panorama sekitar yang rimbun aneka hijau pepohonan, membuat atmosfir disini begitu asri. Benar-benar suasana ‘rumahan ala pedesaan’nya kental sekali!
Aneka menunya yang mengundang selera, ada Dendeng Batokok, Nila Calabalatuik, Mangut Pari, Gulai Bareh, Tumis Bunga Pepaya dan yang jadi favorit yang hampir semua pengunjung pesan adalah Telur Dadar yang digoreng dadakan. Bisa dibilang, semua lauk yang tersaji rasanya luar biasa sedap, apalagi menyantap makanan menyatu dengan suasana pedesaan yang apa adanya. Terdengar kambing mengembik, ayam berkokok, suara berisik tonggeret (serangga dengan suaranya yang khas dan unik dan mereka hidup di pohon-pohon) serta hembusan semilir angin.
Sejarah Warung Tuman
Pasangan suami istri, Pak Eko dan Mba Nanin memutuskan membuka usaha makanan di sekitar rumah mereka ini, lantaran sudah jenuh bekerja di kantoran. Alhasil, mereka pun sepakat mendirikan Warung Tuman dengan apa adanya, tanpa merombak panorama disekitarnya. Semak belukar dibiarkan begitu saja, tanaman di sekitar pun juga dibiarkan tumbuh bebas.
“Yah, paling dirapikan sedikit agar bisa duduk dan menikmati makanan yang disajikan,” ujar Mba Nanin menjelaskan.
Pemilihan nama ‘Tuman’ yang berarti dalam bahasa jawanya adalah ‘ketagihan’. Sehingga diharapkan tamu yang datang ke Warung Tuman ini akan ketagihan untuk datang dan datang lagi. Dan memang terbukti, hampir rata-rata pengunjung yang datang karena ketagihan dengan sajian masakannya dan suasana yang asri ala pedesaan. #JaringanInternetStabil #Fiberisasi