Indonesia memang menyimpan kekayaan yang luar biasa dari berbagai sektor, selain melimpah kekayaan akan keindahan alamnya, juga kaya akan adat istiadat dan kebudayaannya. Dari Sabang sampai Merauke bentangan pemandangan-pemandangan alamnya sanggup menghipnotis setiap mata yang memandang. Juga keunikan dan keindahan wisata adat istiadat dan kebudayaannya, salah satunya adalah Kampung Naga.
Kampung Naga merupakan sebuah kampung adat di Tanah Sunda, lebih tepatnya berada di Tasikmalaya, Jawa Barat. Kampung ini juga menjadi objek penelitian Antropologi yang meneliti tentang kehidupan masyarakat Sunda pada masa peralihan Hindu ke Islam.

Masyarakat Kampung Naga sebagian besar berbahasa Sunda, bagi traveler yang tidak bisa berbahasa Sunda bisa menggunakan jasa pemandu. Di sini traveler bisa berkenalan, berbincang-bincang dengan masyarakat adat Kampung Naga. Tata krama dan sopan santun sangat diutamakan dalam bersosialisasi di sini, dengan menjaga sikap yang baik agar tidak terjadi kesalahpahaman.
Untuk lebih mendalami kehidupan di Kampung Naga ini, siapa pun dapat menginap disini, namun memang harus menginformasikan terlebih dahulu dari beberapa hari sebelumnya. Persiapan pun juga harus matang karena Kampung Naga masih sangat tradisonal, aliran listrik pun tidak ada.

Namun demikian, masyarakat di Kampung Naga dapat dengan mudah bergaul dengan siapa pun. Suasana hangat pun mudah tercipta.Traveler pun dapat mengabadikan setiap moment dan sudut di Kampung Naga ini. Namun, minta izin terlebih dahulu agar tidak salah sikap.
Hal yang menjadi daya tarik dari kampung ini adalah pada saat bulan Maulud atau Maulid, mereka akan melakukan upacara adat pembacaan nenek moyan atau yang biasa disebut dengan pedaran. Acara tersebur akan dimulai dengan mandi di sungai. Nah, di sini siapa pun boleh mengikutinya, dengan syarat harus mematuhi aturan-aturannya.
Kampung Naga memang menyimpan berbagai keunikan. Salah satunya adalah arsitektur atau bentuk bangunan-bangunan yang ada di sini. Yah, baik rumah, masjid, lumbung padi, balai pertemuan, dan bangunan lainnya memiliki bentuk sama. Semua bangunan itu menghadap ke Selatan atau Utara, yang dibangun dengan serat rotan sebagai bahan pintu bangunan, sedangkan atapnya dari daun kelapa, daun rumbia, dan ijuk sebagai penutup. Di sini terdapat tumpukan bebatuan yang tersusun rapi secara alami. Semua itu merupakan ciri khas ornamen dan aristektur dari Kampung Naga.

Tempat wisata ini sangat mudah dijangkau karena terletak di Lembah Sungai Ciwulan yang berjarak sekitar 500 meter di bawah Jalan Raya Garut, Tasikmalaya. Berjarak sekitar 30 km dari pusat Kota Tasikmalaya, 90 km dari Kota Bandung, dan dari Kota Garut berjarak 26 km. Jika traveler ingin berkunjung ke Kampung Naga, jangan berkunjung pada hari Senin, Kamis, Jumat, dan Minggu. Karena pada hari-hari tersebut masyarakat setempat sedang melakukan nyepi, jadi traveler tidak bisa bercengkrama dan berbincang-bincang dengan mereka.
Meskipun letaknya jauh dari jalan raya, Traveler dapat memarkirkan kendaraan di pintu gerbang Kampung Naga. Di pintu gerbang tersebut banyak kios yang menyediakan cinderamata anyaman khas Kampung Naga, terdapat juga warung-warung makan, jadi jangan khawatir perihal keamanannya. AS/IPG