Taman Nasional Ujung Kulon memiliki banyak destinasi wisata menarik disana. Salah satunya wisata Gunung Honje. Gunung Honje merupakan spot trekking menantang yang menunggu untuk ditaklukkan. Tidak ada hal yang lebih menantang ketimbang menakhlukkan puncak gunung yang berada di dalam Taman nasional Ujung Kulon yaitu Gunung Honje ini. Gunung ini tidak terlalu tinggi dibandingkan gunung-gunung di Banten sebelumnya, hanya 620 mdpl. Namun, gunung ini memiliki keindahan vegetasi alam spesial. Dengan ketinggian hanya sekitar 700 meter di atas permukaan laut, pendaki pun tidak perlu mengeluarkan tenaga begitu ekstra. Saat menjelajahi kawasan gunung, tidak jarang akan berpapasan dengan beraneka ragam satwa liar lainnya. Gunung Honje ini berada di wilayah Taman Nasional Ujung Kulon yang disuguhi vegetasi hutan yang indah dan satwa liar yang dilindungi. Seperti owa jawa dan badak bercula satu. Selain itu, ada objek wisata lain yang bisa dikunjungi di kawasan Gunung Honje ini, seperti sumber air panas Cibiuk, Curug Pipanis, Curug Cikacang, dan sungai Cigenter.
Luas wilayah Gunung Honje sekitar 19.500 hektar dengan dikelilingi oleh 19 (sembilan belas) desa penyangga, baik yang berbatasan langsung maupun tidak langsung. Salah satu desa yang menjadi pintu gerbang masuk ke Taman Nasional Ujung Kulon adalah Desa Tamanjaya. Ada banyak tempat wisata menarik yang terdapat diseputar Tamanjaya ini, antara lain Desa Nelayan Cibanua, Curug Pipanis, sumber air panas Cibiuk, dan menyaksikan satwa endemik Owa Jawa di Curug Cikacang. Akomodasi di desa ini cukup lengkap. Disini ada Penginapan Sundajaya, penyewaan perahu/kapal, perkumpulan pemandu/guide local, dan pusat pembuatan souvenir patung badak. Traveler pun akan nyaman dan tenang jika menghabiskan liburannya disini.
Gunung Honje juga merupakan pintu gerbang masuk TNUK. Di wilayah ini ada sebuah gua yang disebut Goa Lalai. Lokasi hutan sekunder ini berada di sisi kiri setelah masuk ke Kecamatan Sumur. Jalan ini merupakan satu-satunya, sehingga siapa pun yang hendak menuju TNUK akan selalu berpapasan dengan pintu masuk Hutan Gunung Honje.
Kondisi Goa Lalai sangat gelap dan dihuni kelelawar, makanya goa ini kadang disebut juga Goa Kalelawar. Di dalamnya, dinding serta langit-langit stalakmit dan stalaktitnya sudah tidak meneteskan air. Aliran air justru deras mengalir dari lubang di bawah bibir lubang. Aroma khas goa berisi kelelawar tidak terlalu menusuk hidung. Namun demikian, goa ini sudah cukup rapuh. Untuk itu, jika tetap ingin mengunjungi Goa Lalai, Traveler diminta untuk tidak terlalu dalam mengeskplore nya. Setelah dari Goa Lalai, Traveler disarankan untuk menyambangi Curug Lauk. Curug ini tidak terlalu tinggi, sekitar 10 meter. Tapi, airnya masih sangat jernih mengalir langsung dari puncak pegunungan.
Selain itu, juga ada sumber mata air panas Cibiuk yang tak kalah ramai juga diserbu para wisatawan. Berada dua kilometer dari desa Tamanjaya, sumber mata air panas Cibiuk ini konon bisa menyembuhkan penyakit, mulai dari kulit hingga yang lainnya.
Juga ada Curug Cikacang yang memang kerap dijadikan tempat untuk penelitian. Beberapa penelitian mengaku daerah ini mengandung flora yang berpotensi untuk bahan pengobatan. Makanya, kawasan hutan primer dan sekunder ini lebih sering dikunjungi para peneliti ketimbang para pelancong.(Raditya)