Museum Huta Bolon Simanindo terletak di desa Simanindo, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara, tepatnya di Jalan Pelabuhan Simanindo, Desa Simanindo Sangkal.
Objek wisata ini menawarkan sejarah jejak Suku Batak Toba di masa silam yang masih tersimpan rapi di Museum Hutabolon. Pengunjung diajak untuk memahami lebih dalam tentang warisan leluhur dan peradaban kuno, termasuk menyaksikan langsung pertunjukan tradisional Tari Tor Tor dan Sigale-gale, yaitu patung gele gele yang menari sesuai dengan alunan musik.
Museum Huta Bolon Simanindo yang berlokasi di sisi Utara Pulau Samosir ini, merupakan sebuah kompleks dalam suasana perkampungan Batak Toba zaman dahulu. Tampak deretan rumah adat Batak Bolon yang masih berdiri kokoh dan terawat, berjejer rapi kiri dan kanan, membawa pengunjung untuk merasakan atmosir masa lalu masyarakat Batak.

Arsitektur rumahnya sangat khas, dengan atapnya yang melengkung terbuat dari ijuk, sementara di kedua ujungnya tampak seperti tanduk kerbau. Ini menunjukkan symbol kuat dalam budaya Batak. Dibangun diatas tiang-tiang nan inggi sebagai penyangga, sehingga melindungi rumah ini dari binatang buas dan banjir.
Pada bagian depan rumah terdapat hiasan ukiran-ukiran berwarna merah, putih dan hitam, yang disebut motif gorga, mengandung unsur filosofi dan kepercayaan.
Begitu memasuki dalam rumah, pengunjung dapat melihat berbagai peralatan tradisional Batak, mulai dari alat masak, alat tenun, alat pertanian, perabotan kuno dan banyak lagi lainnya, semuanya menggambarkan kehidupan masyarakat Batak di masa lalu.
Sejarah Museum Huta Bolon Simanindo
Huta Bolon dapat diartikan sebagai kampung besar yang merupakan desa adat. Huta Bolon Simanindo yang merupakan desa replika gambaran kondisi lingkungan Batak Toba di masa lampau ini, dahulunya merupakan kediaman keturunan Raja Sidauruk. Kawasan ini dikelilingi tembok batu untuk perlindungan.

Kemudian pada tahun 1969, kompleks ini kemudian diubah menjadi museum, namundiresmikan secara resmi pada tahun 1971. Tujuan berdirinya museum ini adalah untuk melestarikan dan memperkenalkan budaya Batak Toba. Upaya konservasi yang dilakukan berhasil mempertahankan arsitektur asli rumah bolon (rumah tradisional Batak), anjungan upacara dan berbagai artefak bersejarah lainnya.
Saat memasuki Desa Huta Bolon, pengunjung akan melewati Museum Huta Bolon yang berisi koleksi berbagai barang peninggalan sejarah, termasuk benda-benda yang digunakan oleh Raja Panualang Sidauruk.
Koleksi tersebut berupa kapal yang dulu biasa digunakan raja, Parhalaan, Pustaha Laklak, Tunggal Panaluan dan Solu Bolon. Parhalaan adalah naskah kuno yang berisi kalender milik masyarakat Batak Toba. Naskah ini merupakan bagian dari sistem penanggalan tradisional yang digunakan oleh suku Batak. Sementara Pustaha Laklak adalah sebuah karya tulis peninggalan nenek moyang etnis Batak yang sangat bernilai dalam hal pengetahuan dan sejarah.

Tunggal Panaluan yaitu alat musik tradisional Batak yang digunakan dalam upacara adat dan ritual. Serta Solu Bolon yaitu perahu adat Batak yang dipajang di bawah rumah, melambangkan pentingnya perahu dalam kehidupan masyarakat Batak.
Juga masih terjaga aneka mainan tradisional seperti dalu putar dan janggar. Semuanya tersimpan dan tertata dengan baik. Di dalam museum, pengunjung juga akan menemukan dua patung Sigale-gale, yaitu boneka kayu yang digunakan dalam pertunjukan tradisional Batak.
Untuk mencapai lokasi museum ini, jika pengunjung datang dari Medan, pilih rute melalui Parapat kemudian naik kapal ke Pulau Samosir dan berhenti di Ambarita atau Tomok. Dari Dermaga Tomok dengan berkendara akan menempuh perjalanan sejauh 20 km dengan waktu tempuh sekitar setengah jam sampai 40 menit. Rute yang dilalui tidak terlalu sulit, jalan lurus via Jalan Pulau Samosir. Destinasi ini sangat populer sehingga mudah ditanyakan kepada masyarakat lokal.
Nah, ingin mengenal lebih dekat sejarah dan budaya Batak Toba yang otentik? Datanglah ke Huta Bolon Simanindo, pengunjung siap merasakan pengalaman budaya Batak Toba yang sesungguhnya!(*)

