Dubai sambut Ramadhan di bawah Sengatan Matahari

Kehidupan di Dubai bisa dikatakan berhenti selama siang hari sejak bulan suci Ramadhan dimulai, sementara malam berubah jadi kesibukan pertemuan sosial di dalam rumah.

Di Dubai temperatur musim panas menyengat hampir 50 derajat Celsius selama Ramadhan. Akibatnya arus lalu lintas kendaraan jauh berkurang di jalanan pada siang hari. Apalagi banyak orang berlibur bersamaan dengan liburan sekolah, dan kegiatan usaha berjalan lamban.


Jam kerja di perusahaan swasta dan negara dikurangi sampai separuh jam kerja normal, karena sangat berat buat orang untuk menahan makan dan minum selama 15 jam, jika mereka masih harus menghadapi beban kerja rutin di tengah sengatan matahari musim panas.

“Keadaan lebih berat dibandingkan yang saya kira,” kata Muhammed Iqbal, pengemudi taksi yang berusia 26 tahun dari Pakistan di Dubai, Uni Emirat Arab.

Ketika ditanya apakah ia berpikir untuk tidak berpuasa selama beberapa hari pertama Ramadhan, ia dengan cepat membantah. “Tidak sama sekali, apakah Ramadhan jatuh pada musim panas atau pada musim dingin, ini adalah kewajiban saya sebagai hamba Tuhan.”

Di Dubai minum di tempat umum selama Ramadhan dianggap sebagai pelanggaran besar dan pelakunya bisa didenda oleh polisi, sekalipun orang itu pemeluk agama non-Islam. Seorang Muslim yang melanggar peraturan tersebut dengan sengaja di tempat umum dapat dijebloskan ke dalam penjara.

Puasa sejak fajar terbit sampai matahari terbenam selama Ramadhan adalah salah satu dari lima Rukun Islam yang harus dilaksanakan oleh orang muslim yang dewasa, sehat dan berakal. Empat lagi Rukun Islam ialah mengucapkan Syahadat, shalat lima waktu, berzakat dan pergi haji ke Makkah bagi yang mampu.

“Saya minum sebotol air di dalam taksi, tapi pengemudinya, orang Suriah, meminta saya tidak melakukan itu dan menghormati kepercayaannya, sebab ia berpuasa,” kata Alan, administratur teknologi informasi yang berusia 32 tahun dari Leeds, Inggris.

“Saya meminta ma`af dan menunggu sampai ia menurunkan saya di rumah saya, tempat saya akhirnya bisa menghilangkan rasa haus saya,” ujarnya.

Sebagian warga non-Muslim dan wisatawan menghabiskan hari wisata mereka di tempat perbelanjaan atau melihat-lihat, seperti mengunjungi menara tertinggi di dunia, Burj Khalifa, yang memiliki tinggi 828 meter.

Sementara itu, warga Muslim dan pengunjung yang kebanyakan dari negara Teluk Persia berkumpul di pertokoan dan restoran sebelum matahari terbenam untuk berbuka (yang disebut Iftar) bersama teman dan keluarga mereka.
(Uu.C003)

———————————————————

Editor: Priyambodo RH (ANTARA News/Xinhua-OANA)

spot_imgspot_img

Subscribe

Related articles

Wisata Religi di Masjid Al Jabbar Bandung

Anda mungkin sudah tidak asing dengan nama masjid yang satu ini...

Liburan di Filipina, Dimas Anggara-Nadine Chandrawinata Berendam di Bak Luar Ruang

Pasangan Nadine Chandrawinata dan Dimas Anggara memang suka traveling atau berpergian,...

Mengenal Tradisi Jogja yang Jarang Diketahui

Salah satu alasan Jogja menjadi destinasi wisata favorit wisatawan...

Gubernur Arinal berharap ajang Puteri Indonesia dapat mengenalkan potensi wisata Lampung

Gubernur Lampung Arinal Djunaidi bersama Ketua Dekranasda Provinsi Lampung...

Inilah Makanan Khas Bali yang Halal Dikonsumsi

Traveler muslim gak perlu khawatir lagi untuk wisata kuliner...
spot_imgspot_img

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here