Berlokasi di Purwosari, Benculuk, Cluring, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Hutan De Djawatan merupakan destinasi hidden gem di Banyuwangi yang patut disambangi. Hutan seluas 3,8 hektar ini memiliki keistimewaan yang sangat luar biasa menakjubkan. Dengan menyajikan pemandangan pepohonannya yang terkesan magis, ratusan pohon trembesi peninggalan Belanda yang masih hidup dan berdiri kokoh hingga saat ini. Hutan ini terkenal akan pohon-pohon besar berbentuk kanopi cantik. Bagi pengggemar film Lord of The Rings, keindahan dan suasana hutan Fangor dalam film itu, disamakan dengan kondisi Hutan De Djawatan ini. Nah, bisa kebayangkan keindahan seperti apa Hutan De Djawatan ini yang bakal menghipnotis para pengunjungnya.
Beberapa pohon-pohon tersebut berusia lebih dari seratus tahun. Memang, pohon trembesi atau pohon hujan adalah pohon yang besar yang bisa tumbuh cepat. Bentuknya yang menyerupai payung atau kanopi yang melebar ini sangat unik, apalagi  rerumputan yang tumbuh dibawah pohon-pohon tersebut cenderung berwarna lebih hijau dibandingkan dengan rumput-rumput disekelilingnya.
Dalam hutan ini, Traveler dapat tracking, berjalan santai mengikuti jalan setapak untuk mengelilingi hutan, menghirup kesegaran udara yang menyejukkan, termanjakan dengan hijaunya suasana alam sekitar. Atau, Traveler juga dapat duduk-duduk atau berpiknik, sambil menikmati pemandangan alam yang asri dan mempesona ini. Jika ingin mendapatkan suasana hutan yang tenang, pastikan untuk mengunjungi hutan ini pada saat hari biasa dan hindari masa-masa liburan panjang yang biasanya diramaikan dengan pengunjung.
Selain termanjakan menikmati keindahan dan keunikan hutan ini, Traveler penyuka swaphoto juga akan terpuaskan dengan latar photo yang menakjubkan ini. Berfoto di tengah hutan akan terlihat seperti di negeri dongeng. Tak hanya berfoto dengan latar belakang pepohonan, namun beberapa spot menarik lainnya yang mendukung hasil photo makin keren. Diantaranya adalah spot foto di atas truk bekas dan rumah pohon. Spot foto rumah pohon merupakan spot foto yang paling banyak diminati oleh pengunjung, sehingga tak heran sering muncul antrian untuk dapat mengambil lokasi photo disini.  Untuk mendapatkan hasil foto terbaik, sebaiknya Traveler datang pada pagi hari, sehingga mendapatkan ‘golden hour’ atau di sore hari karena akan terjadi pancaran sinar mentari kemerah-merahan yang membuat suasana lokasi semakin cantik.
Keberadaan De Djawatan sudah ada sejak lama, yaitu sejak zaman penjajahan Belanda. Saat itu, hutan seluas enam hektar ini mulanya dimanfaatkan sebagai tempat penimbunan pohon jati. Keberadaannya yang tetap terjaga karena di kelola cukup serius oleh Perhutani Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Banyuwangi Selatan sebagai pemilik lahan, bekerja sama dengan Dinas Pariwisata Kabupaten Banyuwangi, menjadi viral sekitar tahun 2017. Sejak itu, keberadaan hutan ini pun jadi sorotan penikmat foto selfi serta liburan asyik bagi banyak orang.
Hutan De Djawatan berjarak 45 kilometer ke arah barat dari pusat Kota Banyuwangi. Jarak tempuh dari pusat kota bisa mencapai 30 sampai 60 menit dengan kendaraan pribadi. Akses menuju Hutan De Djawatan tidak terlalu sulit. Lokasinya yang berada di jalur utama Banyuwangi-Jember arah selatan, mudah ditemukan karena sudah dilengkapi penunjuk jalan. Namun, bagi mereka yang belum pernah ke kawasan De Djawatan, seringkali kelewatan ketika sampai di Pertigaan Benculuk, dikarenakan penunjuk jalannya kecil dan kurang jelas. Untuk itu, pastikan Traveler menemukan masjid besar berama Masjid Jami’ Al-Falah Benculuk atau Masjid Benculuk sebagai patokan. Masjid ini berada di sisi kanan jalan, jika Traveler berasal dari arah Kota Banyuwangi. Pintu masuk ke Hutan De Djawatan ada di gang sebelah utara masjid tersebut.(Adhit)