Jika Traveler mendambakan liburan yang penuh ketenangan, tanpa polusi, tanpa kebisingan suara klakson mobil, berbalut pemandangan yang memanjakan pandangan mata, penuh keindahan tiada tara, Traveler harus merasakan suasana pemandangan alam Giethoorn. Sebuah desa di Belanda yang menawarkan udara jauh dari polusi, jauh dari bisingnya kendaraan berknalpot, dengan tatanan panorama alamnya yang menakjubkan. Uniknya, untuk mengeksplore desa ini, Traveler harus menggunakan perahu sampan, karena akses di desa ini dominan terbentang sungai yang mengitari rumah-rumah yang ada disana. Giethoorn menyandang predikat desa terbersih di dunia, jauh dari polusi serta tidak adanya sampah yang berserakan.
Konsep pemukiman di desa ini memang sangat menakjubkan, memanjakan mata dengan keindahan dimana-mana. Tak heran, banyak wisatawan yang berburu cantiknya desa Giethoorn ini, desa yang terletak di provinsi Overijssel, Belanda ini. Dengan udaranya yang sejuk dan suasananya yang segar dan nyaman, dimana-mana selalu memandang hijau dan warna warni dedaunan dan bunga. Benar-benar sengat indah dan penuh pesona.
Giethoorn punya kanal yang tersebar di kotanya. Jika digabung, kanal yang ada memiliki panjang kurang lebih 4,8 kilometer. Tidak ada jalan raya atau jalan utama daratan. Kalau pun ada jalan, hanya berupa jalan setapak untuk pejalan kaki. Selain itu, ada juga jalur sepeda yang melintasi di pinggir kanal. Selebihnya sungai yang membentang. Untuk menghubungkan antar rumah, banyak dibangun jembatan dengan model-model yang klasik dan unik. Total jembatan sekitar 176 buah. Setiap bangunan rumah selalu ditata dengan taman-taman sangat indah yang berhadapan dengan sungai dan jembatan. Untuk itu, warga setempat selalu memastikan agar sungai-sungai disana terjaga kebersihannya, tidak ada limbah apapun disana.
Daerah wisata ini telah ada sejak abad ke-13 dan ditempati oleh para petani gambut. Setiap hari, warga desa ini dalam beraktifitas hanya menggunakan sepeda, berjalan kaki, kano, atau menyewa perahu.
Sebelum desa ini bernama Giethoorn, awalnya berasal dari kata Geytenhorn atau yang berarti Tanduk Kambing. Lalu warga setempat menyebut pemukiman mereka dengan nama Geytenhorn, yang akhirnya menjadi Greythorn, lalu berubah menjadi Giethoorn.
Kenapa disebut Tanduk Kambing ? Karena, pada tahun 1170, para petani yang mendiami kawasan ini, menemukan kumpulan tanduk kambing liar yang diduga mati akibat bencana banjir yang terjadi pada tahun itu. Pada saat itu, wilayah ini terdiri dari kayu dan gambut tinggi. Munculnya kolam dan kanal di Giethoorn karena adanya aktivitas ekstraksi gambut ini. Lalu pada tahun 1750, aktivitas ekstraksi gambut pun berhenti. Pola hidup penduduk di sana pun berubah dan beralih menjadi peternak. Mereka memotong rumput dan jerami, lalu membiakkan sapi, dan akhirnya mengembangkan sektor pertanian dan perikanan sebagai kegiatan tambahan.
Ada banyak cara untuk menikmati kecantikan Desa Giethoorn. Salah satunya dengan menyewa fluisterboot, perahu khas desa setempat. Traveler dapat menemukannya di beberapa tempat penyewaan di dekat pintu masuk desa. Biasanya, di tepian kanal sepanjang tujuh kilometer, fluisterboot akan terlihat berbaris rapi menunggu wisatawan. Perahu motor ini bisa disewa per jam atau per hari, bebas menentukan rutenya, asal tidak melebihi durasi penyewaan. Namun, pastikan sudah mahir mengendarainya, sebab penyewaan perahu ini tidak termasuk dengan driver atau pengemudi fluisterboot.
Kalau masih ragu dengan fluisterboot, Traveler dapat ikutan tur perahu dengan menumpang saloon boat. Perahu ini ukurannya jauh lebih besar dan nyaman. Duduk manis di atas geladak sembari mendengarkan tour guide yang merangkap driver menjelaskan berbagai keindahan desa ini.
Tersedia atap dan meja kursi, sehingga perjalanan akan terasa nyaman. Dinding perahu terbuat dari kombinasi kayu dan kaca yang bisa dibuka. Yah, dengan menggunakan saloon boat, membuat perjalanan mengarungi kanal di Desa Giethoorn ini lebih menyenangkan dan sangat berkesan. Menyaksikan keunikan idyllic, rumah tradisional Desa Giethoorn yang dihiasi taman bunga di beberapa titiknya. Beratapkan jerami dan berdiri megah di antara puluhan kanal, ratusan rumah idyllic terlihat mirip desa terapung. Hamparan bunga di bagian halamannya makin memperindah panorama sekitar. Rumah-rumah lawas inilah yang jadi salah satu magnet pariwisata setempat. Rumah-rumah di Giethoorn sebagian sudah berumur lebih dari 100 tahun.
Selain menikmati pemandangan Giethoorn dari atas perahu, Traveler juga dapat menikmati udara desa ini sambil menghabiskan waktu dengan bersepeda atau berjalan kaki. Traveler akan bisa leluasa menikmati Desa Giethoorn melalui jalan setapak ini, berhenti dimanapun sesuka hati, termasuk melewati deretan jembatan di atas kanal yang eksotik. Jika datang saat musim dingin, pejalan dapat menyaksikan warga lokal memanfaatkan kanal-kanal yang membeku untuk bermain seluncur es.
Jika Traveler ingin berkunjung, untuk mencapai Desa Giethoorn dapat menggunakan kereta atau mobil dari Amsterdam. Kalau naik kereta, ambil rute jurusan Stasiun Amsterdam Centraal menuju Stasiun Steenwijk. Setelah itu, lanjutkan perjalanan dengan bus nomor 70 menuju Giethoorn. Jika mengendarai mobil, dari Amsterdam langsung menuju ke Giethoorn. Perjalanan akan memakan waktu kurang lebih satu setengah jam. Lebih singkat jika dibandingkan transportasi kereta api, yang memakan waktu hingga dua setengah jam.
Kendaraan yang dibawa harus di parkir di luar desa dan menyewa perahu untuk berkeliling. Beberapa area memiliki jalan setapak untuk jalur jalan kaki atau bersepeda, namun banyak rumah yang dapat dijangkau hanya menggunakan perahu. Selain keindahan rumah-rumah penduduk dengan model klasik, pemandangan alam sekitarnya yang menakjubkan, juga udaranya yang segar, disana juga ada fasilitas seperti restoran, toko-toko, dan lain-lain.
Berada di provinsi Overijssel, Giethoorn tidak memiliki jalan raya. Dalam menjalani kehidupan hari-harinya, warga Giethoorn memanfaatkan kanal dengan whisper boat, yaitu perahu unik yang digerakkan dengan motor listrik, karena disini dilarang menggunakan mesin diesel.(Lia)