Goa Napalicin terletak di Desa Napalicin, Kecamatan Ulu Rawas, Kabupaten Musi Rawas (Mura), Provinsi Sumatra Selatan. Karena goa berada di kawasan desa Napalicin maka di sebutlah oleh masyarakat setempat Goa Napalicin.
Untuk mencapainya, Traveler harus berada di kota Lubuk Linggau terlebih dahulu, yang berjarak sekitar 350 km dari kota Palembang. Goa yang dijadikan salah satu objek wisata yang bersejarah oleh pemerintah kota di Provinsi Sumatra Selatan ini, menyuguhkan panorama goa dengan nuansa bebatuan alami.
Setelah melewati pintu masuk goa, Traveler dapat melihat bagian lantai dinding dan atas goa dengan ornamen-ornamen stalagtit dan stalagmit. Stalagtit dan stalagmit ini terbentuk sejak ratusan tahun yang lalu. Goa Napalicin memiliki pintu masuk sekitar 15 meter.
Untuk menyusuri goa ini membutuh lebih dari empat jam, menikmati seluruh pemandangan yang menakjubkan di berbagai sudut goa ini. Di beberapa bagian area goa, terlihat biasan cahaya menembus goa, terutama di area antara bukit yang satu dengan bukit yang lainnya. Hal ini menjadi satu pemandangan indah tersendiri dan penuh artistik.
Goa Napalicin berada pada ketinggian sekitar 20 meter dari permukaan jalan dan di dalamnya terdapat lorong sepanjang kira-kira 1,5 kilometer. Lorong inilah yang menghubungkan empat bukit, yakni Bukit Batu, Semambang, Payung, dan Karang Nato atau yang sering disebut oleh masyarakat masyarakat setempat, Bukit Keratau.
Memang lorongnya tidak luas, sehingga jika berjalan disitu harus menunduk agar bisa melewati lorong tersebut. Setelah memasuki lorong-lorong goa, akan menemui tetesan air dari langit goa yang diselingi kalelawar dan burung walet yang banyak beterbangan. Berbagai bentuk stalagmit dan stalagtit pun bisa terlihat di dalam goa.
Sepanjang lorong goa hanya ada sedikit cahaya yang masuk dari celah – celah bebatuan pada dinding goa. Namun di beberapa titik ada penerangan berupa tongkat obor yang dipasang, sesekali terdengar tetesan air yang jatuh daru dari dinding serta atap goa yang berupa bebatuan. Uniknya, tetesan air ini mengasilkan irama yang merdu seolah instrument klasik yang sedang didendangkan.
Sekitar wilayah Goa Napalicin yang merupakan goa legendaris dari Sumatera Selatan ini, tersaji suasana desa yang masih asri dan suasana alam yang masih alami. Berdirinya sejumlah bukit batu dan Sungai Rawas dengan bebatuan atau napal di tengahnya yang cocok untuk arung jeram. Yah, di sekitar itu ada Air Terjun Batu Ampar dan Sungai Rawas yang berarus deras yang biasanya diramaikan untuk arung jeram.
Dahulu, pada saat daerah ini masih menjadi wilayah Kabupaten Musi Rawas, disini pernah dibangun tempat peristirahatan “Rawas River Lodge” di Desa Surulangun. Lokasinya tepat di bibir Sungai Rawas. Karena memang sebelum Krismon melanda pada tahun 1998 lalu, kunjungan wisatawan termasuk dari mancanegara ke Goa Napalicin sangat banyak.
Menurut legenda yang dipercaya warga setempat, dulunya bukit ini merupakan sebuah kapal yang terdampar. Kemudian lewatlah seorang pengembara sakti bernama Serunting Sakti atau yang suka dipanggil Si Pahit Lidah. Kesaktian Si Pahit Lidah adalah, bahwa dia mampu menyumpah apa pun menjadi batu, termasuk manusia.
Melihat ada kapal yang terdampar, Si Pahit Lidah pun tertarik. Karena penasaran, Si Pahit Lidah berusaha memanjat ke atas kapal tersebut. Namun, karena ukuran kapal yang besar, Si Pahit Lidah tidak berhasil memanjatnya. Karena kesal Si Pahit Lidah lalu pergi, sambil bergumam ‘susah sekali memanjat kapal itu seperti batu besar’. Lalu kapal tersebut menjadi batu besar dan terbentuklah goa.
Hunian prasejarah masa lampau di Desa Napal Licin, Kecamatan Rawas Ulu, Kabupaten Muratara, diminta terus dilestarikan. Warga sekitar mengakui, selain ditemukan sejumlah peninggalan prasejarah, Goa Napalicin juga mengandung nilai historis tinggi, karena menyimpan jejak-jejak kebudayaan leluhur.
Bahkan tak heran, beberapa penelitian ilmiah yang dilakukan arkeolog dari dalam maupun luar negeri sering dilakukan di dalam goa ini. Dan suatu ketika pernah membuktikan adanya penemuan sejumlah artefak seperti Batu Gigi Petir, Kerakal, Kapak perimbas dan temuan arang, gerabah dan lainnya yang semua itu menunjukkan adanya peradaban yang berkembang di dalam goa.(Raditya)