Dalam rangka menyambut tahun baru Islam 2021, 1 Muharram 1443 H yang jatuh pada hari Selasa 10 Agustus 2021, www.Indonesiatraveler.id mengangkat keindahan Masjid Babah Alun yang sangat menakjubkan, masjid yang didirikan oleh seorang mualaf keturunan Tionghoa, Jusuf Hamka. Saat ini, baru tiga Masjid Babah Alun yang sudah berdiri dan bisa dinikmati, dari cita-citanya yang ingin membangun 1.000 masjid. Yah, semoga impian pengusaha jalan tol ini dapat segera terwujud… Â
Keberadaan sebuah bangunan unik yang terlihat mencolok saat akan memasuki gerbang tol Depok – Antasari (Desari), cukup menyita perhatian. Yah, bangunan yang sangat indah dan bergaya semi klasik. Sekilas terlihat seperti klenteng atau kuil, namun pada bagian tengahnya terdapat kubah yang menjadi ciri khas sebuah masjid. Dan memang, dari depan pintu masuk, sebait tulisan ‘Masjid Babah Alun’ terlihat cukup jelas. Yah, inilah bangunan sebuah masjid yang unik, yang mengadopsi arsitektur oriental ala Tionghoa.
Pendirinya seorang pengusaha dermawan, mualaf keturunan Tionghoa asal Samarinda, Kalimantan Timur bernama Muhammad Jusuf Hamka.   Tak heran, sentuhan bangunan masjid ini pun menyadur sebagian arsitektur oriental Tionghoa.  Justru hal inilah yang menjadi Masjid Babah Alun terlihat unik dan mengesankan. Putra angkat ulama Indonesia Prof. Abdul Malik Karim Amrullah yang lebih dikenal dengan nama Buya Hamka ini, terlahir dengan nama Josef Alun. Dan nama ‘Alun’ sengaja disematkan dalam nama masjid yang didirikannya ini.
Masjid yang didominasi perpaduan warna merah, hijau serta kuning emas dengan luas sekitar 300 meter persegi ini, terasa sangat kental dengan nuansa Tionghoa-nya. Dalam budaya Tionghoa, warna merah diartikan sebagai keberuntungan dan kesuksesan, sementara warna hijau menandakan kedamaian, dan warna kuning emas melambangkan sebagai kejayaan atau makmur.
Secara keseluruhan, masjid ini merupakan perpaduan kombinasi dari budaya China, Betawi dan Islam. Terutama pada corak bangunannya yang terlihat mengadaptasi dari budaya Tionghoa. Hal ini dapat dilihat pada bagian atapnya yang dibuat melengkung dan kerucut seperti kebanyakan bangunan-bangunan Tionghoa, juga pada bagian pintu terdapat aksen lengkung yang menyerupai gerbang kuil. Dan di setiap jendela diselipkan ornamen warna emas. Selain pintu dan jendela, tampilan ala oriental ini juga disematkan dalam ornamen tiang-tiang pilar yang berdiri kokoh.
Unsur Betawi pun juga turut mewarnai bangunan masjid ini seperti pada bagian pagar yang mengelilingi lantai atas bangunan masjid. Tak lupa kaligraphy Asmaul Husna serta atap dan kubah yang di cat dengan warna hijau, mengadaptasi dari sentuhan budaya Islam. Kesejukan begitu terasa dengan adanya ruang terbuka hijau, yang ditanami dengan pohon zaitun sehingga semakin cantik keberadaan masjid ini.
Dengan segudang keindahan dan keunikan yang dimiliki Masjid Babah Alun, selain berperan sebagai sarana syiar Islam, masjid ini juga menjadi destinasi wisata religi yang bebas didatangi siapapun juga, bahkan wisatawan mancanegara, terutama warga muslim Tionghoa. Dan untuk memudahkan wisatawan Tionghoa saat berkunjung ke masjid ini, sudah siap sedia informasi yang bertuliskan aksara China. Seperti pada kaligrafi-kaligrafi Asmaul Husna yang terdapat di bagian kubah masjid, yang juga dilengkapi dengan terjemahan bahasa Mandarin.
Berdiri diatas lahan seluas kurang lebih 1.000 meter persegi, masjid ini juga dibangun untuk memenuhi kepentingan umum lainnya. Terdapat warung untuk UMKM yang berlabel ‘pojok halal’ dimana warung ini menjual makanan dan minuman yang dikelola oleh masyarakat sekitar.  Juga ada balai rakyat yang terletak di sisi kiri masjid, dimana fasilitas ini dapat digunakan oleh masyarakat secara gratis.
Masjid Babah Alun yang sebagian desainnya mengadopsi arsitektur tradisional Tiongkok ini, berada di pinggir Tol Depok-Antasari (Desari), sehingga area masjid ini juga menjadi tempat istirahat (rest area) bagi pengguna jalan tol. Kini, Masjid Babah Alun Desari telah menjadi salah satu destinasi wisata religi di Jakarta Selatan yang banyak diminati.
Membangun 1.000 Masjid
Ide ingin membangun 1.000 masjid sempat dilontarkan Jusuf Hamka di hadapan teman-temannya sejak lama. Lalu Jusuf Hamka mulai mewujudkan ucapannya itu pada tahun 2017 dengan membangun masjid pertamanya yang dibangun di kolong Tol Layang Tanjung Priok, yaitu di Jalan Warakas, Papanggo, Tanjung Priok, Jakarta Utara. Luas masjid ini sekitar 300 meter persegi. Lalu setahun berikutnya berdiri satu lagi Masjid Babah Alun yang terletak di kolong tol Ir Wiyoto, tepatnya di Jalan Pasir Putih, Ancol, Pademangan, Jakarta. Ukuran masjidnya lebih kecil.
Kemudian, kembali Masjid Babah Alun yang ketiga berdiri, yang mengambil lokasi di pinggiran Tol Depok-Antasari, tepatnya di Jalan Mandala II Bawah No.100, RT.4/RW.2, Kecamatan Cilandak, Jakarta Selatan.  Masjid ini mulai resmi digunakan pada tahun 2020 yang diresmikan langsung oleh Marullah Matali, Sekretaris Daerah DKI Jakarta. Meskipun letaknya dipinggir jalan tol, masjid ini tetap bisa dikunjungi bagi Traveler pengguna sepeda motor dengan melalui akses Jalan Intan Ujung.
Saat ini, sudah ada rencana Masjid Babah Alun tahap berikutnya lagi, yang siap dipakai secara umum, yang berlokasi di Tol Sentul Selatan. Juga sudah disiapkan proyek pembangunan masjid berikutnya yang rencananya akan ada di Soreang Pasir Koja dan Sumedang, Jawa Barat.(Niel)