Swiss dan pegunungan Alpen memang sudah sepaket, tidak dipisahkan. Bahkan, Duta Besar Indonesia untuk Swiss dan Liechtenstein Muliaman D. Hadad bercerita, orang-orang Jerman dan Perancis – dua negara yang berbatasan dengan Swiss – menyebut orang Swiss sebagai orang gunung. Sulit sekali memilih gunung mana yang hendak dikunjungi. Sebab, hampir semua gunung menawarkan pemandangan indah rupawan khas daratan tinggi Swiss. Awalnya saya sangat ingin pergi ke Gunung Titlis. Namun sayang sekali, tepat waktu itu Gunung Titlis justru sedang ditutup, sebagai persiapan menjelang winter atau musim dingin.
Sedikit kecewa, tetapi tidak patah hati. Masih banyak puncak lainnya. Gunung Pilatus ini salah satunya, yang menawarkan pemandangan berupa 73 puncak Alpen. Maka, udara dingin yang berhembus pada suatu pagi di pertengahan musim gugur ketika saya melakukan lawatan ke Swiss pada November lalu pun tidak mampu menyurutkan keinginan untuk menyambangi salah satu gunung yang menjadi bagian dari rangkaian Alpen. Pagi-pagi sekali, saya sudah berjalan meninggalkan penginapan menuju stasiun Zurich HB, untuk mencari kereta yang akan menuju Kota Lucerne. Perjalanan kereta api dari Zurich menuju Lucerne memakan waktu kurang dari 1 jam, dengan tarif 25 CHF.
Jangan sampai ketiduran di kereta, karena pemandangan di sepanjang jalur kereta api dari Zurich menuju Lucerne ini sangat indah. Sungguh sangat sayang bila dilewatkan. Kita akan banyak melewati pedesaan-pedesaan khas Swiss, dengan padang-padang yang hijau membentang dan gunung-gunung dengan puncak bertutupkan es meskipun belum waktunya musim dingin, hutan pinus, serta sungai-sungai yang airnya mengalir jernih.
Lucerne merupakan kota danau, sekaligus gerbang menuju gunung-gunung spektakuler di rangkaian Alpen. Adapun Gunung Pilatus masih masuk ke dalam wilayah Kanton Lucerne, walaupun puncak dari gunung ini berada tepat di antara perbatasan Kanton Obwalden dan Nidwalen. Mudah dijangkau dari pusat kota Lucerne.
Dari stasiun Lucerne, saya menggunakan trem hingga ke Kriens, sebuah desa di pinggiran Lucerne, tepat di kaki Pilatus, di ketinggan 480 mdpl. Dari halte pemberhentian trem, hanya perlu jalan kaki sekitar 15 menit menuju tempat gondola. Namun, karena waktu itu musim gugur terasa indah, perjalanan yang harusnya bisa ditempuh 15 menit nyatanya lebih karena asik foto-foto.
PAKET WISATA
Kalau kita mencari di internet, ada banyak paket wisata yang ditawarkan pengelola Pilatus. Ada yang paket individu atau mandiri, ada juga paket wisata yang ditemani oleh guide. Semuanya termasuk tiket transportasi pulang pergi. Namun, kalau kita berjiwa petualang dan sangat suka pengalaman baru – plus memiliki waktu terbatas, sebaiknya beli paket wisata individu yang tanpa tour guide. Paket ini bisa kita tukarkan di loket tiket, dengan sejumlah tiket untuk beragam jenis transportasi yang akan membawa kita ke puncak Pilatus, lalu turun lagi ke bawah.
Perjalanan dari Kriens dimulai dengan menggunakan kereta gantung yang diberinama panoramic gondola dan berkapasitas 4 orang. Kereta sempat berhenti sebentar di stasiun Kriensereeg di ketinggian 1.026 mdpl, kemudian melanjutkan perjalanan ke Fräkmüntegg di ketinggian 1.416 mdpl. Di sini kita harus turun dan berganti transportasi menggunakan aerial cableway.
Oya, sebagai informasi, aerial cableway ini dibuat ramah untuk penyandang disabilitas. Di Fräkmüntegg tersedia beragam fasilitas aktivitas outdoor seperti seilpark atau rope park, baumzelte atau tree tents dan fireplace. Sangat cocok buat para adventurer penyuka tantangan. Ada pula restoran dengan interior kayu gelondongan. Menambah suasana semakin ‘gunung banget’. Sebetulnya, kalau punya waktu lebih panjang, kita bisa saja turun di sini dan melanjutkan naik ke puncak Pilatus dengan mendaki atau bersepeda. Pemandangan dan udaranya betul-betul memikat untuk dinikmati berlama-lama.
Namun karena keterbatasan waktu, aerial cableway yang diberinama Dragon-Ride merupakan pilihan tepat. Kereta gantung raksasa yang muat untuk sekitar 30 orang ini membawa kita langsung ke puncak Pilatus di ketinggian 2.132 mdpl. Satu kata untuk keseluruhan perjalanan saya naik ke atas Pilatus menggunakan gondola yang dilanjutkan oleh aerial cableway.
Wow! Pemandangannya sungguh spektakuler, perubahan dramatis dari padang rumput kehijauan dengan kakwanan sapi berkalung lonceng besar khas Swiss, hutan pinus penuh warna khas musim gugur, yakni hijau, merah, jingga, serta keemasan, berubah menjadi gunung batu yang berlapis es tipis tipis. Itu belum panorama wow dari puncak Pilatus, yakni pemandangan 73 puncak Alpen yang berlapis-lapis serta beberapa danau di Swiss. Semua ini, dapat dilihat hanya dalam sekali pandangan mata.
Hampir seluruh puncak itu berwarna putih, tertutup salju. Sungguh-sungguh panorama yang spektakuler, terutama bagi kita yang sehari-hari tinggal di area megapolitan semacam Jakarta. Seperti memandang Mordor secara langsung. Di mana tempat yang paling tepat untuk menikmati hampir seluruh puncak Alpen? Gunung Pilatus tempatnya. Jika cuaca sangat cerah, dari puncak Pilatus kita dapat melihat hingga sejauh dataran Italia.
SEJARAH
Ada beragam mitos tentang asal usul nama Gunung Pilatus. Kabarnya, pada era abad pertengahan, masyarakat sekitar meyakini bahwa di salah satu celah gunung ini bersarang seekor naga. Makanya gunung ini mendapatkan julukan Dragon Mountain dan memiliki lambang naga.
Ada pula legenda lokal yang menyebutkan nama Pilatus berasal dari nama Pontius Pilate, penguasa Roma yang memerintahkan eksekusi Yesus. Dijuluki demikian karena konon mayat Gubernur Roma tersebut dibuang di sebuah danau kecil di kaki gunung ini dan sering menunjukkan penampakan.
Ada pula yang menyebutkan, nama Pilatus berasal dari bahasa latin “pileatus” yang berarti “bertopi”, yang mengacu ke gulungan awan yang sering menutupi puncaknya. Entah yang mana yang benar.
(PVK|Anggi Oktarinda|bisnis)