Sejak 11 Juli 2020 lalu, melalui pengadilan setempat menyatakan bahwa Hagia Sophia, atau dalam bahasa Turki disebut Ayasofya, secara resmi kembali lagi kepada fungsi awalnya, yaitu menjadi sebuah mesjid. Dan mulai tanggal 24 Juli 2020, salah satu ikonik Turki ini kembali dibuka untuk umum untuk menjalankan ibadah shalat di Mesjid Ayasofya ini, yang ditandai dengan shalat Jumat pertama sejak 86 tahun lalu. Bangunan yang sudah berusia 1.500 tahun ini, semula adalah katedral yang dijadikan masjid lalu dialihkan menjadi museum dan saat ini kembali lagi menjadi masjid.
Tahun 2021 ini merupakan Ramadhan pertama Mesjid Ayasofya mulai dinikmati dalam suasana puasa. Namun karena wabah pandemi Covit-19 masih merajalela, pelaksanaan ibadah di Mesjid Ayasofya masih terbatas. Hanya ibadah shalat wajib saja yang diperbolehkan, dan juga harus tetap mengikuti aturan protokol kesehatan, yaitu jaga jarak saat menjalankan shalat. Pihak pengurus mesjid pun sudah menandai batas-batas jarak dalam beribadah shalat. Untuk buka puasa dan shalat taraweh, karena pandemi masih bergejolak, untuk sementara ditiadakan di mesjid ini.
Hagia Sophia merupakan salah satu landmark paling populer di Istanbul, Turki. Traveler jika berkunjung ke Turki, wajib mendatangi tempat ini. Karena jika berkunjung ke Istanbul, rasanya belum lengkap tanpa melihat kemegahan Hagia Sophia ini. Keindahan tempat ini memang sungguh sangat mempesona.  Dengan memiliki keindahan arsitekurnya yang begitu menakjubkan, ornamen-ornamen peninggalan abad lampau ini memiliki nilai sejarah yang tinggi. Mosaik bangunan tempat ini menjadi warisan pengetahuan tentang seni mosaik kuno yang tercatat dalam Kontroversi Ikonoklastik di abad kedelapan dan kesembilan. Dengan keunikan yang dimiliki Hagia Sophia, UNESCO pun menetapkan peninggalan sejarah ini sebagai Warisan Dunia sejak tahun 1985. Ini merupakan mahakarya bidang arsitektur yang begitu mempesona dan sangat unik, perpaduan antara Kekaisaran Bizantium dan Kekaisaran Ottoman.
Asal usul
Hagia Sophia selesai dibangun pada tahun 360 Masehi pada zaman Kekaisaran Bizantium, Constantinus sebagai gereja Ortodoks. Dalam bahasa Yunani, Hagia Sophia berarti Kebijaksanaan Ilahi. Bangunan yang berbentuk kubah digunakan sebagai gereja dan katedral hingga berlangsung sampai beberapa ratus tahun. Hagia Sophia terletak di Konstantinopel,  sebuah nama yang diambil dari ayah Konstantius, Constantine I, penguasa pertama Kekaisaran Bizantium.
Bangu
nan ini pun sudah mengalami beberapa kali pembangunan. Karena banyak terjadi konflik yang berimbas pada Hagia Sophia, seperti yang terjadi pada tahun 404 Masehi. Akibat kerusuhan masal di Konstantinopel ini, bangunan Hagia Sophia terbakar ludes. Lalu Hagia Sophia dibangun kembali dengan struktur baru di era pemerintahan Kaisar Theodosios II dan selesai dibangun pada tahun 415 Masehi. Tahun 532 Masehi, bangunan ini kembali terbakar pada peristiwa Revolusi Nika. Kaisar Justinian I tidak mampu memperbaiki kerusakan bangunan ini, akibatnya Justinian pun memerintahkan membongkar Hagia Sophia dan membangun ulang hingga selesai pada tahun 537 Masehi.
Seorang arsitek bernama Anthemios dari Tralles dan Isidoros dari Miletos mendesain dan membangun basilika baru. Kali ini, terdapat kubah yang pada awalnya memiliki tinggi 161 meter dan diameter 40 meter. Namun pada tahun 558 Masehi, kubah ini roboh dan dibangun kembali dengan tinggi 55 meter. Bangunan kubah yang sangat mencolok ini, menjadi ikonik dengan menyajikan keindahan arsitektur cantik yang begitu mempesona. Struktur bangunan ini menggabungkan elemen desain tradisional basilika Ortodoks dengan atap kubah besar, kombinasi dengan altar semi-kubah dengan dua beranda. Pada lengkungan pendukung kubah dihiasi ornamen mosaik enam malaikat bersayap yang disebut hexapterygon.
Kaisar Justinian memang sangat tegas, dia memerintahkan untuk semua provinsi mengirimkan karya arsitektur terbaiknya, untuk digunakan dalam pembangunan gedung ini. Pada lantai dan langit-langit menggunakan marmer yang diproduksi di Anatolia – saat ini menjadi Turki Timur dan Suriah. Keperluan batu batanya didatangkan dari Afrika Utara. Interior Hagia Sophia dilapisi dengan lempengan marmer besar yang dirancang dapat meniru gerakan air.  Juga terdapat 104 pilar yang berdiri tegak menopang bangunan Hagia Sophia yang diimpor dari Kuil Artemis di Ephesus dan dari Mesir.
Namun pada tahun 1453, masa Kekaisaran Bizantium berakhir akibat ditaklukkan oleh Sultan Mehmed II dari Kekaisaran Ottoman. Ottoman mengganti nama kota Konstantinopel menjadi Istanbul. Sultan Mehmed II mengubah Hagia Sophia menjadi masjid. Dan beberapa ornamen keagamaan Kristen ditutup, lalu ditambahkan ornamen lainnya berupa kaligrafi-kaligrafi besar, yang dikerjakan oleh Kazasker Mustafa Izzet, seorang seniman terkenal pada masa itu. Lalu, bangunan pun kembali direnovasi, bahkan ditambah dengan mihrab dan 4 buah menara besar di luar bangunan.
Pada tahun 1934 Ottoman pun runtuh, beralih kepada kepemimpinan presiden pertama Turki yaitu Mustafa Kemal Ataturk, yang dikenal bapak modernisasi Turki dan mengubah Turki menjadi negara sekuler. Bangunan Hagia Sophia pun keimbas dan dialihfungsikan menjadi museum.
Dan akhirnya pada tahun 2020, melalui pengadilan tinggi administrasi Turki menyatakan pembatalan keputusan Kabinet 1934 yang mengubah situs tersebut menjadi museum. Pemerintah Turki akhirnya  menetapkan Hagia Sophia kembali menjadi masjid, tidak lagi sebagai museum. Namun, meski kembali menjadi masjid, Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan tetap memberikan kesempatan untuk umat non-muslim tetap dapat berkunjung ke Hagia Sophia.(Niel/Berbagai Sumber)