Dari Aceh hingga Lampung, Sumatera hadir dengan deretan rumah adat yang unik dan penuh makna. Bahkan, beberapa di antaranya punya sejarah yang cukup melekat hingga sekarang.
Sebelum anda kunjungi rumah adat – rumah adat nan elok ini, ada baiknya anda tahu dulu sejarah rumah adat di Sumatera ini, untuk itu indonesiatraveler.id siap memberikan infonya. Simak, yuk!
RUMAH LIMAS, PALEMBANG
Rumah Limas merupakan rumah tradisional khas Provinsi Sumatera Selatan. Dari namanya jelas bahwa rumah ini berbentuk limas. Bahan material dalam membuat dinding, lantai serta pintu menggunakan kayu unglen atau kayu besi dan kayu tembesu. Sementara tiang rumah menggunakan kayu tembesu dan campuran semen sehingga tahan air dan sangat kokoh. Nilai budaya Palembang sangat Anda rasakan dari ornamen ukiran pada pintu dan dindingnya. Adat yang sangat kental mendasari pembangunan Rumah Limas.
Tingkat yang dimiliki rumah ini terdiri dari 3 (tiga) tingkatan yang disebut kijing. Hal ini menjadi simbol atas jenjang kehidupan bermasyarakat yaitu usia, jenis, bakat, pangkat, dan martabat. Tingkat yang dimiliki Rumah Limas menandakan garis keturunan atau kedudukan seseorang yaitu Kiagus, Kemas, Masagus. Kemudian yang pertama diperuntukan bagi golongan tinggi yaitu kaum Raden.
RUMAH GADANG, SUMATERA BARAT
Sebagai ikon Provinsi Sumatera Barat, Rumah Gadang adalah daya tarik tersendiri. Saking terkenalnya, Rumah Gadang sempat tampil di balik uang koin Rp 100 keluaran Bank Indonesia pada akhir 70-an. Berbentuk segi empat tanpa simetris, Rumah Gadang memiliki desain bangunan yang unik. Terkesan menukik ke atas, bagian luar dari bangunan sedikit miring ke arah luar. Rumah Gadang dibangun sesuai dengan ketentuan adatnya yang menganut sistem matrilineal. Yang mana alur keturunan berasal dari ibu sehingga wanita memegang derajat paling tinggi dalam kehidupan.
RUMA BOLON, SUMATERA UTARA
Jika anda main di sekitar Danau Toba, akan menemukan deretan ruma Bolon di sekitarannya. Yap, Bolon adalah rumah adat khas Batak yang juga menjadi simbol status sosial masyarakat Tapanuli. Rumah adat Batak ini terdiri atas 2 bangunan utama yaitu ruma (tempat tinggal) dan sopo
(lumbung padi). Letak keduanya saling berhadapan, dipisahkan pelataran luas yang berfungsi sebagai ruang kegiatan warganya.
Rumah adat ini berbentuk empat persegi panjang dengan denah dalamnya merupakan ruangan terbuka tanpa kamar atau pun sekat pemisah. Yang bikin unik adalah hiasan pada kusen pintu masuknya berupa ukiran telur dan panah. Tali-tali pengikat dinding miring (tali ret-ret) terbuat dari ijuk atau rotan yang membentuk pola seperti cicak berkepala 2 saling bertolak belakang
KRONG BADE, BANDA ACEH
Wilayah Aceh juga punya rumah adat yang cukup unik, Krong Bade. Juga disebut sebagai Rumoh Aceh, Krong Bade memiliki satu ruangan di bawah layaknya rumah panggung. Biasanya, ruangan bawah dari rumah ini digunakan untuk tempat penyimpanan bahan pangan. Selain itu, ada juga peruntukan sebagai tempat para wanita melakukan aktivitas, misalnya menenun kain khas Aceh.
Rumah adat ini terlihat terbuat dari bahan kayu, kecuali atapnya berbahan daun rumbia atau daun enau dianyam. Untuk lantainya, Rumoh Aceh menggunakan bahan dari bambu. Krong Bade juga memiliki tangga di depan rumahnya. Uniknya, anak tangga di seluruh rumah ini berjumlah ganjil. Hal ini menandakan sebagai sifat orang aceh nan religius.
NUWO SESAT, LAMPUNG
Masyarakat Lampung pasti sangat mengenal Nuwo Sesat. Rumah adat khas Lampung ini kerap difungsikan sebagai tempat pertemuan dan musyawarah. Untuk itulah, Nuwo Sesat dikenal juga sebagai Sesat Balai Agung. Nuwo Sesat terdiri dari beberapa bagian bangunan, seperti Ijan Geladak sebagai tangga masuk, Anjungan yang digunakan untuk pertemuan dalam skala kecil, Pusiban untuk kegiatan dialog resmi, sampai Ruang Tetabuhan, tempat untuk menyimpan peralatan musik tradisional. Dari tampak luar, Nuwo Sesat terlihat sebagai rumah panggung.
Diwujudkan dalam bentuk rumah panggung karena kondisi geologis wilayah Lampung yang rentan terkena gempa, sehingga desain arsitektur harus dibuat supaya tahan gempa.