Menjelang perayaan Imlek, sejumlah klenteng siap-siap berbenah diri, untuk menyambut para tamu klenteng. Klenteng tidak semata tempat ibadah umat Buddha, namun keindahan arsitekturnya membuat keberadaan klenteng sering dijadikan sebagai salah satu objek wisata bagi masyarakat luas, termasuk ingin mempelajari asal muasal berdirinya bangunan tersebut.
Berikut ini, www.indonesiatraveler.id menampilkan 5 klenteng tertua di Indonesia, dengan segala keunikan bangunannya serta latar sejarah berdirinya klenteng ini.
Klenteng Hong Tiek Hian, Surabaya
Klenteng Hong Tiek Hian merupakan klenteng tertua di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1293. Klenteng ini dibangun pada awal Kerajaan Majapahit sekitar abad ke 13 yang dibangun oleh pasukan Tartar (tentara Mongol) pada era Khu Bilai Khan.
Klenteng ini memiliki keindahan bangunan yang begitu kental dengan arsitektur Tionghoa, terdiri dari dua buah bagian utama, yaitu pada bagian lantai dasar ada altar makco dan kongco, sementara pada lantai dua terdapat altar Dewi Khan Im, Budha dan dewa dewi lainnya.
Klenteng Hong Tiek Hian berada di Jalan Dukuh No. 23 RT.01 RW.V Kelurahan Nyamplungan, Kecamatan Pabean Cantikan, Surabaya, Jawa Timur.
Klenteng Khong Cu Bio Talang, Cirebon
Klenteng Khong Cu Bio Talang yang kerap disebut Klenteng Talang ini, diperkirakan berdiri sejak tahun 1450. Nama Klenteng Talang ber kata “Talang”, dari bahasa Cina, berasal dari kata toa lang yang berarti “orang besar” atau “tuan besar”. Sebutan itu ditujukan kepada tiga orang laksamana besar utusan Kaisar Ming yang mendarat di Cirebon pada abad ke-14. Mereka adalah Chengho (Chenghe), Fa wan (Fa Xien) dan Khung Wu Fung, yang semua beragama Islam. Selama di Cirebon mereka membangun mesjid dan bangunan lain yang digunakan untuk tempat berkumpul kaun muslim Tionghoa.
Klenteng yang berlokasi di Jalan Talang Nomor 2 Kampung Keprabon RT 03 RW 02, Kelurahan Lemah Wungkuk, Kecamatan Lemah Wungkuk, Cirebon ini, berdiri diatas lahan seluas 400 meter persegi, dengan posisi bangunan menghadap ke arah timur. Memasuki klenteng dengan melalui gerbang dua daun pintu kayu. Uniknya, atap pintu berbentuk atap pelana atau kapal terbalik. Terdapat dua umpak di depan berupa batu andesit bulat polos. Lalu terdapat juga patung kuda – kuda berhias ukiran motif flora dan fauna dominan warna hijau. Altar utama di ruang ini terbuat dari bahan kayu jati. Altar tersebut merupakan tempat persembahyangan kepada Kong Hu Chu. Di sebelah kiri Kong Hu Chu terdapat dewa Tam San Chai dan di sebelah kanan terdapat leluhur.
Klenteng Talang ini termasuk klenteng yang sangat kokoh bangunannya, dan hingga saat ini, klenteng yang disebut juga Klenteng Soeh Boen Pang Gie Soe (Rumah Abu Leluhur) ini belum pernah dipugar.
Klenteng Hok Tek Ceng Sin, Jepara
Klenteng Hok Tek Ceng Sin yang terletak di Jepara ini diperkirakan berdiri pada tahun 1466. Bangunan utama klenteng ini menggunakan atap mirip pelana tumpang khas bangunan Tiongkok, yang pada posisi puncaknya ditampilkan sepasang patung naga berebut mustika. Patung Naga melambangkan keadilan, kekuatan serta menjadi penjaga barang-barang juga tempat suci.
Disini juga terdapat patung ciok say atau singa kilin. Singa Kilin merupakan gabungan dari 18 binatang, yaitu badannya adalah badan kuda dengan sisik ular dan ikan, serta berekor kura-kura, dengan kaki burung, kerbau, harimau, menjangan, dan bermata kepiting, serta telinga kelinci, dan taring macan, serta jenggot dan mulut singa. Ciok say jantannya memegang bola sedangkan yang betina memegang anaknya.
Lokasi Klenteng Hok Tek Ceng Sin berada di Jalan Cemara No.4, Gedanganbrang, Welahan, Jepara, Jawa Tengah. Konon, klenteng ini dibangun bersamaan dengan pembangunan Masjid Agung Demak.
Vihara Avalokitesvara, Serang – Banten
Klenteng tertua yang terletak di daerah Banten ini, berdiri sekitar tahun 1542. Luas klenteng atau sebutannya adalah Vihara Avalokitesvara ini mencapai sekitar 10 hektar dengan altar Dewi kwan Im sebagai Altar utamanya. Pada bagian samping kanan dan kiri terdapat patung dewa-dewa yang jumlahnya ada 16 dan ada juga tiang batu dengan ukiran naga.
Ada dua versi terkait pembangunan vihara ini. Versi pertama, bahwa pembangunan Vihara Avalokitesvara mendapat bantuan dari Sunan Gunung Jati, salah satu Wali Songo. karena istri Sunan Gunung Jati keturunan Tionghoa dan memiliki banyak pengikut. Seingga pada tahun 1542, Sunan Gunung Jati pun membangun vihara di Desa Dermayon, dekat Masjid Agung Banten. Namun, tahun 1774 vihara ini dipindahkan ke Kawasan Pamarican hingga sekarang. Cerita versi kedua, menceritakan bahwa vihara ini dibangun pada tahun 1652 pada masa kejayaan Kerajaan Banten ketika dipimpin Sultan Ageng Tirtayasa.
Lokasinya Vihara Avalokitesvara terletak 15 kilometer dari arah utara Kota Serang, tepatnya berada di Jalan Tubagus Raya, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Banten.
Klenteng Caow Eng Bio, Bali
Bali, juga memiliki sejarah mengenai keberadaan klenteng. Namanya Klenteng Caow Eng Bio, yang terletak di ujung utara Tanjung Benoa dan berada di wilayah Banjar Adat Darmayasa. Klenteng Caow Eng Bio didedikasikan untuk Dewi Shui Wei serta 108 Bersaudara dari Hainan. Klenteng ini juga merupakan salah satu klenteng tertua sejak zaman Kerajaan Badung, yaitu sekitar tahun 1548.
Sebenarnya, tahun pendirian kelenteng Caow Eng Bio tidak memiliki bukti historis yang kuat. Meskipun menurut kepercayaan sesepuh lahan kelenteng diberikan oleh Raja Pemecutan Badung, namun, prasasti yang berada di samping kiri klenteng memuat angka tahun 1882, yaitu tahun ke-8 pemerintahan Kaisar Guangxu. Begitu juga dengan keberadaa sebagian sebagian besar artifak yang dimiliki klenteng, semuanya berasal dari masa pemerintahan Kaisar Guanxu. Hanya beberapa yang dibuat pada masa republik Tiongkok.
Di seberang Klenteng Caow Eng Bio, terdapat suatu bangunan teater lalu disampingnya terdapat kuil kecil untuk perahu naga.(Puteri)