Aceh, provinsi paling barat Indonesia menyimpan berbagai khazanah islam, salah satunya masjid. Di bumi serambi mekah ini, terdapat banyak masjid yang sudah ada sejak zaman kesultanan. Untuk menengal tempat ibadah kaum muslim ini, redaksi Indonesiatravaler.id akan membahas 3 masjid terpopuler di Aceh, berikut ulasannya:
Masjid Raya Baiturrahman
Masjid Raya Baiturrahman terletak di Jalan Masjid Raya Baiturrahman, Kota Banda Aceh. Masjid ini dahulunya merupakan masjid Kesultanan Aceh. Sewaktu Belanda menyerang Banda Aceh pada 1873, masjid ini dibakar. Kemudian pada 1875 Belanda membangun kembali sebuah masjid sebagai penggantinya.
Masjid yang menempati area kurang lebih empat hektar ini berarsitektur indah dan unik, memiliki tujuh kubah, empat menara, dan satu menara induk. Ruangan dalam berlantai marmer buatan Italia, luasnya mencapai 4.760 m dan dapat menampung hingga 9.000 jamaah.
Di halaman depan masjid terdapat sebuah kolam besar rerumputan yang tertata rapi dengan tanaman hias dan pohon kelapa. Peristiwa sejarah yang terakhir adalah terjadinya bencana tsunami 26 Desember 2004.
Ketinggian dan derasnya air tsunami hingga dua meter yang hampir menggenangi ruangan dalam Masjid Raya, menjadi saksi sejarah bagi kebanyakan orang yang selamat ketika berlindung di dalam masjid. Setelah air tsunami surut, di dalam Masjid Raya dijadikan tempat meletakkan ribuan jenazah korban tsunami.
Masjid Agung Baitul Makmur Meulaboh
Masjid Agung Baitul Makmur adalah masjid terbesar dan termegah di kawasan pantai barat Kabupaten Aceh Barat, provinsi Aceh, Indonesia. Masjid yang terletak di Desa Seuneubok, Kecamatan Johan Pahlawan.
Bangunan Masjid Agung Baitul Makmur Meulaboh tampak sangat menonjol dengan gaya arsitektur perpaduan Timur Tengah, Asia, dan Aceh. Masjid ini pun di dominasi warna cokelat cerah yang dikombinasikan dengan warna merah bata di kubah.
Ciri khas masjid yang dapat dilihat secara kasat mata adalah tiga kubah utama yang diapit dua kubah menara air berukuran lebih kecil. Bentuk kepala semua kubah sama, yakni bulat berujung lancip, khas paduan arsitektur Timur Tengah dan Asia.
Pintu gerbang masjid pun merupakan keistimewaan tersendiri. Gerbang yang berdiri sendiri dengan jarak beberapa meter dari masjid ini terlihat sangat anggun. Gerbang ini seakan-akan menegaskan bahwa siapa pun yang memasuki gerbang akan menjumpai pemandangan yang sangat indah.
Di dalam masjid terlihat dua konsep ruang yang berbeda. Pertama, pengunjung disambut oleh ruangan yang memiliki banyak tiang penyangga lantai dua sebagai mezzanine. Di bagian tengah terdapat ruang lapang yang terasa sangat lega dengan ornamen lampu hias tepat di tengahnya. Inspirasi gaya arsitektur Timur Tengah juga terlihat dari bentuk mihrab.
Mihrab yang terlihat sangat indah ini didominasi warna cokelat dan nuansa keemasan khas material perunggu dengan ornamen khas Islam. Kesan mewah dan sejuk langsung terasa saat menatapnya.
Masjid Baiturrahim Ulee Lheue
Masjid Baiturrahim berlokasi di Ulee Lheue, kecamatan Meuraksa, Banda Aceh. Masjid ini merupakan peninggalan Sultan Aceh pada abad ke-17. Masa itu masjid tersebut bernama Masjid Jami’ Ulee Lheu.
Pada 1873 ketika Masjid Raya Baiturrahman dibakar Belanda, semua jamaah masjid terpaksa melakukan salat Jumat di Ulee Lheue. Sejak saat itu namanya menjadi Masjid Baiturrahim.
Sejak berdirinya hingga sekarang masjid ini sudah mengalami beberapa kali renovasi. Awalnya masjid dibangun dengan rekonstruksi seutuhnya terbuat dari kayu, dengan bentuk sederhana dan letaknya berada di samping lokasi masjid yang sekarang.
Bangunan masjid tidak bertahan lama karena terbuat dari kayu sehingga lapuk dan harus dirobohkan. Pada tahun 1922 masjid dibangun dengan material permanen oleh Pemerintah Hindia Belanda, dengan gaya arsitektur Eropa. Namun masjid ini tidak menggunakan material besi atau tulang penyangga, melainkan hanya susunan batu bata dan semen saja.
Menurut informasi yang dihimpun, pada tahun 1983 Banda Aceh pernah diguncang gempa dahsyat, dan meruntuhkan kubah masjid. Setelah itu masyarakat membangun kembali masjid namun tidak lagi memasang kubah, hanya atap biasa.
Sepuluh tahun kemudian, direnovasi besar-besaran terhadap bangunan masjid, hanya dengan menyisakan bangunan asli di bagian depan pascagempa 1983. Selebihnya 60 persen merupakan bangunan baru. Sampai sekarang bangunan asli masjid masih terlihat kokoh di bagian depannya.
Pada 26 Desember 2004, gempa bumi yang disusul terjangan tsunami meratakan seluruh bangunan di sekitar masjid dan satu-satunya bangunan yang tersisa dan selamat adalah Masjid Baiturrahim. Masyarakat Aceh sangat mengagumi masjid ini sebagai simbol kebesaran Allah, karena saat kejadian masjid yang terbuat dari batu bata tersebut hanya rusak sekitar dua puluh persen saja. (IPG)