Tahun Baru China atau yang kerab disebut tahun baru Imlek 2572 jatuh pada tanggal 12 Februari 2021. Dalam perayaan tahun baru Imlek ini, banyak tradisi yang masih terjaga dan selalu dijalankan, salah satunya adanya ‘kue keranjang’ setiap kali perayaan ini tiba. Yah, kue keranjang identik dengan perayaan Tahun Baru Imlek.
Dilansir dari wikipedia, kue keranjang memiliki beberapa sebutan yaitu kue bakul, atau dalam bahasa Kanton disebut juga Nian Gao atau Ni-Kwe.  Di Jawa Timur disebut dengan nama kue keranjang karena kue ini dicetak dalam sebuah keranjang bolong kecil. Di Jawa Barat orang banyak menyebutnya sebagai Dodol China, karena kue ini berasal dari China. Kue keranjang merupakan kue yang terbuat dari campuran tepung ketan dan gula dengan tekstur yang kenyal dan lengket, berbentuk bulat pipih. Kue keranjang merupakan kudapan khas Tahun Baru Imlek yang wajib keberadaannya. Kue keranjang bukan sekadar makanan biasa, sajian ini adalah simbol harapan menyambut Tahun Baru Imlek yang dipergunakan sebagai sesaji pada upacara sembahyang leluhur. Biasanya dilakukan tujuh hari menjelang tahun baru imlek serta puncaknya pada malam menjelang tahun baru imlek. Saat kue keranjang disajikan sebagai sesaji, biasanya kue-kue keranjang itu tidak dimakan sampai Cap Go Meh, yaitu malam ke-15 setelah tahun baru imlek.
Menurut sejarahnya, pada awalnya kue ini ditujukan sebagai hidangan untuk menyenangkan dewa Tungku (Cau Kun Kong), agar sang dewa membawa laporan yang menyenangkan kepada raja Surga (Giok Hong Siang Te). Untuk itu, ada beberapa filosophi yang berkaitan erat dengan kue keranjang ini. Misalnya, bentuknya bulat pipih bermakna agar keluarga yang merayakan imlek ini selalu bersatu padu, rukun serta memiliki tekad yang bulat dalam menyongsong tahun yang akan datang. Kue ini memang sangat manis, namun rasa manis ini memiliki makna agar siapapun yang memakan kue ini akan selalu berkata yang baik-baik dan manis. Lalu, teksturnya yang lengket memiliki makna agar hubungan keluarga makin erat.
Tidak hanya model kue keranjang yang memiliki filosofi, dari proses pembuatannya yang memakan waktu cukup panjang, yaitu sekitar 12 jam juga menyimpan makna yang mendalam. Pembuatan kue ini menuntut seseorang untuk memiliki kesabaran yang tinggi, keteguhan hati serta niat dan cita-cita agar yang dihasilkan menjadi sempurna dan maksimal. Dan, untuk menghasilkan kue yang lezat, enak, serta memiliki tekstur yang sempurna, si pembuat harus memiliki pikirian yang bersih, jernih, fokus, bersih hati serta tidak memiliki buruk sangka.
Kue ini pun tak boleh disajikan sembarangan. Tidak boleh disajikan dalam jumlah 4, karena ada kepercayaan bagi orang Tionghoa, empat atau shi berarti mati. Dan ini pun bukan hal baik atau akan bernasib sial. Sebaiknya disajikan dalam jumlah ganjil, atau pun kalau genap sajikan 6 buah atau seterusnya. Serta yang tidak boleh dilupakan, biasaya kue keranjang disusun menjulang ke atas, hal ini memiliki arti bahwa segala doa bisa tersampaikan langsung kepada dewa-dewa di atas.
Itulah, kenapa ‘kue kranjang’ selalu hadir pada saat Tahun Baru Imlek tiba. Dengan makna dan philosophy untuk kehidupan yang begitu indah, kue ini pun selalu dipertahankan keberadaannya. Kue keranjang itu harapan. Dan perayaan Imlek di Indonesia memiliki filosofi yaitu perlambang ritme perjalanan baru, semangat baru, harapan baru, serta keinginan untuk berusaha menjadi lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya. Dengan kehadiran kue keranjang ini, menjadi simbol bekal untuk perjalanan itu.(Adhit)