My Adventure, Perjalanan Bangkok Tedja Sukma
Ke Bangkok kali ini memang lain. Ditengah maraknya heboh masalah virus corona, banyak yang khawatir ketika saya memutuskan untuk tetap berangkat ke Bangkok. Yah, kekhawatiran, was-was, dan sejuta rasa lainnya mengganggu keluarga, kerabat dan teman-teman saya. Semua meminta saya untuk membatalkan perjalanan ini. Namun, tekad saya sudah kuat, perjalanan yang sudah direncanakan sejak sebelum kehebohan corona ini beredar, tetap saya lanjutkan. Bismillah….
Sekian tahun, kota Bangkok sangat akrab saya satroni. Setahun bisa 3 – 4 kali ke Bangkok, semua dalam rangka pekerjaan, pameran hasil produksi saya, yaitu merangkai asesoris kalung, gelang, anting dan lainnya. Dan kali ini, saya tetap melanjutkan pergi ke bangkok tapi bukan dalam rangka pameran, namun menjalin tali silaturahmi kepada partner-partner kerja saya yang selama ini mensupport saya untuk hadir pameran di Bangkok.
Sedikit cemas, pasti adalah, terutama saat masih di bandara Jakarta. Namun, begitu kaki menginjakkan Bangkok, kecemasan itu sirna. Yang selama ini saya bayangkan, semua orang bermasker ria, Bangkok akan sepi sekali serta setiap berpapasan akan saling mencurigai. Ternyata tidak!
Hepi sekali, tiga hari di Bangkok saya menyusuri tempat-tempat wisata sekeliling sini. Dan, kali ini benar-benar mengesankan, karena berkali-kali ke bangkok, baru sekarang saya mampir ke Mesjid Darul Aman Bangkok.
Cerita religi saya ini sangat berkesan mendalam bagi saya pribadi. Diawali dengan perkenalan saya dengan ‘mamang’ tuk tuk, kendaraan gaulnya Bangkok, yang bernama Ga Hamza. Beliau langsung mengucapkan assalamu’alaikum ke saya. Sontak saya kaget mendengar sapaan beliau, tapi hanya sesaat, lalu saya menjawab salamnya.
Rasanya Bahagia sekali mendengar salam tulus dan ia berkata ‘saya muslim’. Saya pun naik tuk tuknya, setelah kami bernegosisasi cantik. Sepanjang perjalanan, ‘mamang’ banyak bercerita memperkenalkan keluarganya, menunjukan foto anak-anaknya, yang perempuan bernama Najma dan yang laki-laki bernama ikhlas. Juga memperlihatkan fb nya. Sungguh, saya merasa aman dengannya. Si ‘mamang’ juga menunjukkan sebuah restoran halal milik saudaranya. Kami diterima seperti saudara nya, benar-benar rasanya gimana gitu…. Hiburan ditengah kegalauan, kegundahan virsu corona, Allah pertemukan dengan saudara sesama muslim. Surprise bangetttt….
Selama saya ke Thailand ini, apalagi di Bangkok ini belum pernah tahu, ternyata di sini ada Masjid. ‘Mamang’ pun mengantarkan saya ke Mesjid Darul Aman, yang letaknya tidak jauh dari pusat perbelanjaan Pratanum, alhamdulillah sempet melaksanakan shalat di mesjid ini. Kami juga ke tempat-tempat lain, makan di restoran halal di daerah Soi 7 Petchaburi, juga ke tempat pengelolaan madu. Madu yang terbaik di Bangkok. Lucunya, disini saya ketemu salah satu karyawannya asli orang Surabaya, dia sudah kerja di tempat ini cukup lama. Setelah dari situ, kami pun ke Wat Arun, kuil cantik ikonnya Bangkok! Ternyata, disini masih ramai dengan wisatawan asing.
Di Bangkok saya menghabiskan waktu hanya 3 hari. Saya menginap di Patra Boutique Hotel, di jalan 74 soi juldis (soi sangkam) Petchaburi, Bangkok, dengan biaya per malam sekitar 300 ribuan. Sebenarnya, memilih menyusuri Bangkok dengan kendaraan tuk – tuk sedikit agak mahal ketimbang grab. Cuma, karena saya terkesima dengan salamnya, saya pun langsung memutuskan naik tuk – tuk. Pake tuk – tuk yah menyenangkan, ada kesenangan tertentu yuang saya rasakan, berpetualang.
Proteksi terhadap virus corona tetap ada, kok! Selama saya keluar masuk mal, disetip pintu mall ada pemeriksaan suhu badan dengan model tembakan. Juga disediakan hand sanitizer. Tapi, pada umumnya semua berjalan tenang saja. Tidak semua memakai masker.
Itulah pengalaman saya, adventure sesaat ke Kota Bangkok. Oh yah, saat balik menuju bandara, saya memakai jasa si ‘mamang’ lagi, tapi kali ini dengan mobilnya. Saling membantu, judulnya. Tapi intinya buat saya adalah, aaah senangnya mendapat saudara baru lagi di Bangkok!