Yogyakarta memang memiliki banyak objek wisata candi. Selain nama besar  Candi Borobudur dan Candi Prambanan, juga banyak candi-candi kecil lainnya yang tak kalah indahnya dan patut untuk dijaga kelestariannya. Seperti Candi Banyunibo, yang merupakan candi Buddha yang letaknya tidak jauh dari Candi Ratu Boko. Tepatnya di bagian sebelah timur dari Kota Yogyakarta ke arah Kota Wonosari. Dari Candi Prambanan berjarak sekitar 5,6 kilometer ke arah selatan.
Menurut sejarahnya, Candi Banyunibo dibangun pada era Kerajaan Mataram Kuno. Berdiri di sebuah lembah yang sempit yang dikelilingi oleh hamparan sawah yang cukup luas. Lokasi Candi Banyunibo berada di Dusun Cepit, Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Sleman Yogyakarta. Yah, candi ini memang terletak di daerah yang terpencil serta terpisah dari candi-candi lainnya di Yogyakarta ini. Bentuk candi ini pun sangat unik, dengan ukurannya yang agak kecil dan mungil, berbeda dari candi kebanyakan. Letaknya yang berada di sekitar area persawahan dan perkebunan warga, menghadirkan suasana yang begitu indah dan menyejukkan. Traveler yang datang berkunjung ke Candi Banyunibo ini, terbius dengan panorama yang tersaji di lingkungan candi mungil ini.
Bentuk Candi Banyunibo terdiri dari satu candi induk yang bangunannya menghadap ke barat dan di apit enam candi perwara yang berbentuk stupa. Tiga candi perwara terletak di sisi selatan dan tiga candi perwara lainnya berdiri di sisi timur candi induk. Sementara itu ukuran candi induk sekitar 15,325 x 14,25 meter dengan tinggi 14,25 meter. Untuk ukuran masing-masing fondasi stupa hampir sama, 4,8 x 4,8 meter.
Kalau dilihat lebih detail, pada sisi bawah atap candi, Traveler akan melihat ornamen berbentuk daun bunga Padma yang diatasnya berbentuk stupa. Bunga Padma dikenal dengan nama bunga teratai, tanaman perairan yang batangnya terendam dalam air dan bertangkai panjang. Dalam agama Budha, bunga Padma merupakan bunga yang kerap dinaiki oleh para dewa.
Kemudian pada dinding bagian selatan terdapat pahatan relief Dewi Hariti, yaitu dewi pelindung anak-anak. Dalam agama Buddha, Dewi Hariti juga dikenal sebagai dewi kesuburan. Dalam relief ini, Dewi Hariti digambarkan sedang duduk bersila dengan dikelilingi anak-anak kecil. Lalu pada dinding bagian sebelah kiri, Traveler akan melihat relief Vaisravana, suami dari Dewi Hariti. Selain itu, terdapat juga relief tananam yang keluar dari pot bunga.
Candi Banyunibo ditemukan pada tahun 1940. Saat itu, kondisi candi ini dalam keadaan runtuh. Lalu pada tahun 1943, serpihan-serpihan bangunan candi mulai dikumpulkan dan disusun kembali. Kemudian pada tahun 1976 dilakukan kembali pemugaran kedua yang diselesaikan pada tahun 1978. Nama Banyunibo memiliki arti air yang menetes, atau air yang jatuh. Nama ini diberikan berdasarkan adanya hiasan Jaladwara di lantai atas kaki candi, yang merupakan saluran air hujan. Hal tersebut membuat tempat ini dialiri air sehingga nama Banyunibo pun dianggap nama yang tepat untuk candi ini.
Jika Traveler ingin berkunjung ke Candi Banyunibo, sebaiknya datang pada saat pagi atau sore hari. Karena saat pagi dan sore udara di sekitar masih sejuk dan sinar matahari belum tinggi. Sangat kental dengan suasana pedesaan, panorama hamparan sawah yang begitu khas serta hijaunya pepohonan sekitar yang menambah daya tarik objek wisata Candi Banyunibo ini.
Meskipun lokasi candi ini cukup terpencil dan terpisah dari candi lainnya, namun Traveler juga masih dapat menemukan candi lain di sekitarnya, seperti Candi Ratu Boko dan Candi Ijo. Dan, untuk mencapai lokasi Candi Banyunibo yang berjarak kurang lebih 16 kilometer dari pusat Kota Yogyakarta, akan menempuh waktu perjalanan sekitar 30 menit berkendara.(Raditya)