Siapa yang tak kenal Pangeran Diponegoro, pemimpin perang Jawa (1825-1830) yang namanya begitu harum. Untuk mengenang jasa-jasanya yang besar bagi bangsa ini, namanya diabadikan menjadi julukan berbagai tempat. Bahkan, dibuatlah ‘lorong waktu’ bernama Museum Monumen Pangeran Diponegoro.
Memasuki kompleks museum, Traveler bakal mendapati bentuk bangunan Jawa klasik. Gedung-gedung di sana terlihat masih terawat dengan baik. Museum Monumen Pangeran Diponegoro menempati bekas kediaman sang Pangeran di Desa Tegalrejo, Yogyakarta. Museum tersebut diprakarsai oleh Mayjen Surono yang waktu itu sebagai Panglima Kodam, dengan luas area museum 2,5 hektar. Pembangunan Museum Monumen Pangeran Diponegoro menjadi simbol untuk mengenang jasa Pangeran Diponegoro.
Ketika memasuki museum yang berbentuk persegi panjang ini, Traveler bakal menyaksikan berbagai saksi bisu maupun kenangan sejarah masa lampau. Salah satunya yang cukup menarik adalah kumpulan foto masa perjuangan. Galeri foto tersebut dipajang rapi dan terawat. Juga ada koleksi yang tak kalah menarik lainnya yaitu senjata yang digunakan Pangeran Diponegoro dan pasukannya. Senjata-senjata tersebut tertata rapi dalam lemari kaca. Beberapa koleksi senjata di Museum Monumen Pangeran Diponegoro adalah senapan laras panjang, keris, tameng, pedang, tombak hingga panah.
Koleksi yang memiliki nilai sejarah lainnya adalah seperangkat gamelan. Alat musik Jawa tersebut mulai dimainkan sejak era Sultan Hamengkubuwono II. Gamelan tersebut merupakan koleksi hibah dari kraton Yogyakarta. Sementara perhiasan mencakup gelang kaki, anting-anting hingga batu akik juga dipamerkan. Kemudian terdapat pula koleksi peralatan rumah tangga seperti teko, cangkir cubung, cepuri, siwur, padupan dan bokor.
Kereta kepangeran merupakan kereta produksi pabrik kereta Spyker Amsterdam, Belanda pada tahun 1901. Kereta tersebut hingga kini masih sangat terawat sebagai salah satu koleksi Museum Monumen Pangeran Diponegoro. Di bagian belakang museum, terdapat monumen yang sangat historis. Tembok Jebol, yang merupakan saksi sejarah pengepungan yang dilakukan pasukan Belanda. Untuk menyelamatkan diri bersama pasukannya, tembok tersebut dijebol sendiri oleh Pangeran Diponegoro. Hingga pada akhirnya mereka bisa meloloskan diri.(DT)