Kopi merupakan minuman yang banyak dijumpai di berbagai belahan dunia. Bahkan tiap daerah di Indonesia memiliki kopi dengan citarasa khas masing-masing. Mengkonsumsi minuman kopi pun kini sudah menjadi tren di masyarakat. Salah satu daerah yang turut eksis karena kopinya adalah Kabupaten Blora, Jawa Tengah.
Kopi dari Blora ini memiliki kekhasan tersendiri, baik dari segi rasa maupun penyajian. Kopi santan atau yang sering disebut Kopi Santen menjadi ikon perkopian masyarakat Blora. Terletak di desa Jepangrejo, kecamatan Blora. Sekitar 13 menit dari alun-alun kota Blora ke arah selatan.
Tepatnya warung kopi santen Mbah Sakijah yang menciptakan kreasi perpaduan air santan murni dan biji kopi robusta. Kini warung kopi tersebut telah dikelola oleh keturunannya generasi ketiga benama Ibu Rukmini.
Sesuai dengan namanya, seduhan kopi ini terbuat dari campuran bubuk kopi, santan, dan gula. Namun yang menarik, semua dikerjakan secara manual dan tradisional. Jika antrian tidak panjang, Traveler hanya perlu menunggu sekitar 15 menit untuk mendapatkan satu porsi kopi santen.
Kopi santen ini memiliki teknik khusus dalam penyajian yang telah diwariskan secara turun temurun. Hal yang paling utama tentu pemilihan biji kopi. Kopi yang telah dipilih kemudian disangrai, digiling hingga menjadi bubuk kopi yang siap diracik. Santan disiapkan seketika mendapatkan pesanan. Daging kelapa diparut dan diambil santannya untuk jumlah porsi yang yang ditentukan. Dengan begitu, tentu santan yang disajikan dalam secangkir kopi adalah santan segar.
Kopi santen tidak hanya diseduh, melainkan bubuk kopi dimasak bersama santan dan gula menggunakan perapian kayu. Untuk menikmati satu cangkir kopi ini, traveler hanya perlu membayar Rp.5000,- dan dapat dinikmati gurihnya santan bercampur kafein.
Warung kopi santen Mbah Sakijah yang jauh dari keramaian kota dan kental dengan suasana pedesaaan itu tidak pernah sepi. Buka dari pukul 05.00 pagi hingga pukul 23.00. Terdapat banyak pembeli yang duduk santai sambil menikmati kopi dan bercengkerama atau sekadar ngobrol dengan pembeli lain.
Warung yang terasa seperti rumah sendiri itu membuat para pembeli betah berlama-lama. Bahkan karena tidak muat, pembeli dipersilakan untuk duduk-duduk di kayu panjang yang disediakan di pekarangan samping rumah. Juga ada yang duduk di depan rumah warga yang memang telah disediakan untuk para pembeli kopi santen. Baik beralaskan dipan kayu ataupun hanya selembar tikar. Apapun alasnya, citarasa kopi santen menyatukan jiwa-jiwa yang berbeda raga.
Karena keunikan citarasa kopi santen Mbah Sakijah, pembeli yang datang tidak hanya warga Blora saja, ada yang dari Pati, Rembang, Yogyakarta, hingga Semarang. Bahkan seorang pengamat kuliner Bondan Winarno pun penasaran untuk mencicipinya. Apalagi komentarnya kalau bukan “mak nyuss”!(NC/IPG)