Bangunan megah bergaya ala kastil dengan penataan jendela-jendela yang tinggi, pilar-pilar bergaya aristokrat, dan rotunda bangunan utama atau kubah yang memiliki tinggi sekitar 27 meter, merupakan museum Afrika yang berada di Belgia. Dengan diperkuat halaman yang sangat luas yang ditumbuhi hijaunya rerumputan, serta hadirnya kolam refleksi dan air mancur, kolam dengan bebek dan angsa, menciptakan suasana begitu tenang dan menenangkan hati.
Nama aslinya adalah Royal Museum of Central Africa (RMCA), namun lebih sering disebut hanya Museum Afrika. Museum ini berisi Kerjaan Afrika Tengah Kecil, yang pendiriannya merupakan bagian kolonial Pameran Internasional Brussel pada tahun 1897, saat itu disebut Palais des Colonies (istana kolonial). Dapat dilihat bahwa pameran itu dibuat sebagai alat propaganda, digunakan oleh penjajah Belgia untuk menampilkan benda-benda jarahan Kongo dan bahkan termasuk desa Afrika palsu (di mana orang-orang Kongo ditampilkan seperti tontonan di kebun binatang manusia), atas perintah Raja Leopold II.
Setelah pameran berakhir, pada tahun berikutnya nama Palais des Colonies pun diganti menjadi Museum Kongo. Dan pada tahun 1960 ketika Kongo merdeka, museum ini berubah nama menjadi Royal Museum of Central Afric yang berfokus pada Kongo, Rwanda, dan Burundi secara khusus, dan Afrika Tengah secara umum.
Pada tahun 2013, museum ini sempat ditutup karena banyak protes dan kontroversi akibat pajangan-pajangan yang tertata yang menggambarkan betapa primitifnya bangsa Afrika namun mengusung betapa superiornya bangsa Eropa. Apalagi objek-objek pajangan tersebut juga berasal dari hasil rampasan dan curian.
Belgia pun mulai berbenah diri, mengakui kesalahan masa lalu dan meminta maaf atas apa yang telah terjadi. Bahkan, mengembalikan lebih dari 700 karya seni ke Afrika yang pernah dirampas dari tanah tersebut. Dan akhirnya pada tahun 2018, RMCA kembali dibuka dengan wajah baru, setelah banyak menyingkirkan benda-benda yang dianggap kontroversial dan berbau diskriminasi.
Saat ini, Museum Afrika menjadi pusat pengetahuan dan sumber daya di Afrika, khususnya Afrika Tengah, dalam konteks sejarah, kontemporer, dan global. Museum ini memamerkan koleksi yang cukup unik, yang sebagian merupakan tempat memori masa lalu kolonial dan berusaha untuk menjadi dinamis platform untuk pertukaran dan dialog antar budaya dan generasi.
Yah, selain sejarah kolonialisme, Traveler juga dapat memahami bahasa, musik, alam, potensi ekonomi, ritual, dan biodiversitas di Afrika Tengah. Berada di kawasan Tervuren Belgia dan sangat mudah untuk mencapai lokasi museum ini. Cukup naik tram nomor 44 dari pusat kota Brussels yang memang disiapkan khusus bagi wisatawan yang ingin mengunjungi RMCA.(Niel)
Photo : Nyoman Metri Y