Flores dikenal sebagai pulau paling subur di wilayah Nusa Tenggara karena merupakan pulau vulkanik, berbeda dengan pulau lainnya yang terbentuk dari karang seperti Timor. Sejauh mata memandang tampak hijau persawahan yang diapit oleh pegunungan yang masih alami belum banyak dijamah oleh manusia.
Gunung Kelimutu sendiri berada tepat di tengah-tengah pulau Flores, sekitar 60 kilometer dari Ende yang merupakan kota terdekat dengan waktu tempuh satu setengah jam. Jalan menuju Kelimutu banyak kelokan dan tikungan tajam namun pemandangannya luar biasa indah. Namun angkutan umum hanya sampai Desa Moti yang merupakan perkampungan terdekat dari Kelimutu. Dari Desa Moti perjalanan bisa dilanjutkan menggunakan ojek, atau menyewa kendaraan langsung dari Ende.
Dari gerbang utama jaraknya masih sekitar empat kilometer lagi menuju parkiran di kaki gunung. Setelah tiba di parkiran yang juga merangkap pos pendakian, kendaraan dititipkan di situ dan perjalanan dilanjutkan dengan berjalan kaki. Fasilitasnya sendiri cukup lengkap, ada toilet dan ruang serbaguna, serta warung yang menyediakan makan dan kopi.
Dari parkiran lanjut berjalan kaki mendaki sekitar 20 menit menuju Danau kembar yang berhimpitan yaitu Danau Tiwu Atapolo dan Danau Tiwu Ko’o Fai Nuwa Muri. Lerengnya cukup landai sehingga tidak terlalu melelahkan, bahkan mengasyikkan. Kita bisa mengambil gambar kedua danau tersebut dari sisi selatan, namun pemandangannya terbatas.
Baru setelah berjalan lagi sekitar 300 meter ke arah puncak gunung, tampaklah danau ketiga yaitu Danau Tiwu Atabupu. Dari sini bisa memandang danau kembar tersebut dari sisi utara. Untuk menuju ke puncak tersedia jalan bertangga yang lumayan melelahkan. Di puncak terdapat selasar untuk melihat pemandangan dari berbagai sisi. Pemandangannya bisa dilihat 360 derajat dari puncak tersebut dan bisa mengambil gambar panorama khas pegunungan yang indah.
Seperti Bromo, Kelimutu juga menyimpan kisah legenda antara kebaikan dan kejahatan yang diwakili oleh Ata Bupu dan Ata Polo. Keduanya bersahabat baik walau karakternya berbeda. Ata Bupu hidup berladang, sementara Ata Polo berburu manusia. Syahdan muncul sepasang anak yatim yang kemudian bernama Ko’o Fai dan Nuwa Muri, meminta perlindungan Ata Bupu karena orang tua mereka sudah meninggal.
Suatu ketika Ata Polo bertandang ke rumah Ata Bupu dan mencium bau segar manusia. Ata Bupu mencegah dengan alasan belum dewasa. Setelah dewasa, dua anak yatim tersebut meninggalkan Ata Bupu dan memilih sebuah gua untuk bersembunyi. Ketika Ata Polo datang menagih janji, Ata Bupu tak bisa memenuhinya sehingga bertengkarlah mereka.
Ata Bupu yang lemah akhirnya masuk ke perut bumi dan Ata Polopun mengejar ke gua. Namun akhirnya mereka sama-sama tertelan masuk perut bumi dan berubah menjadi danau sesuai nama masing-masing. Danau Ata Bupu berwarna biru, Danau Ata Polo berwarna merah, dan Danau Ko’o Fai Nuwa Muri berwarna hijau tosca.
Di waktu tertentu, danau tersebut memiliki tiga warna seperti legenda di atas. Namun, ketika musim kemarau, ketiga danau itu berwarna sama yaitu hijau tosca. Danau tersebut sebenarnya merupakan kawah Gunung Kelimutu sehingga wisatawan tidak boleh mendekat, cukup melihatnya dari puncak saja. Perubahan warna terjadi karena reaksi kimia dan aktivitas vulkanis kawah yang masih aktif tersebut.
Di puncak ada pedagang kopi dan oleh-oleh khas Flores. Sambil menyeduh secangkir kopi panas, matapun menikmati pemandangan indah disertai dinginnya angin sepoi-sepoi yang menerpa tubuh. Lebih baik pakai jaket untuk melindungi diri dari hawa dingin apalagi kalau pergi dini hari menjelang sunrise.
Setelah puas memandangi danau, saat perjalanan kembali turun akan bertemu dengan satu situs pesanggrahan Belanda, yang sudah tinggal reruntuhannya saja. Dulu pesanggrahan tersebut merupakan rumah peristirahatan bagi warga Belanda yang bekerja di perkebunan dekat gunung tersebut. Namun karena tidak dirawat akhirnya tinggal tersisa reruntuhannya saja.
Waktu yang diperlukan untuk mengunjungi Kelimutu tidak terlalu lama, total sekitar dua jam pulang balik belum termasuk waktu untuk bersantai menikmati pemandangan alam di atas. Kalau berangkat dini hari, setelah menikmati sunrise jam 7 pagi sudah bisa kembali ke parkiran. Hanya disarankan untuk tiba di Kelimutu paling lambat jam 10 pagi karena kalau terlalu siang biasanya kabut akan turun dan menghalangi pemandangan indahnya.
Kalau ingin menikmati sunrise, sebaiknya wisatawan menginap di Desa Moti yang letaknya tak jauh dari kaki gunung, sekitar 13 kilometer saja. Sekitar jam 3 dini hari baru berangkat ke Gunung Kelimutu dengan tarif masuk 20 Ribu untuk wisatawan domestik dan 150 Ribu untuk wisatawan asing yang dibayar di gerbang masuk.
Untuk menuju Kelimutu dari luar Flores, terdapat penerbangan langsung dari Kupang dan Denpasar menuju Ende. Selain itu juga ada kapal Pelni dari Kupang dan Waingapu menuju Ende, namun jadwalnya hanya ada pada hari-hari tertentu saja.(Diaz/Kuniel)