Tapak Tuan Tapa merupakan sebuah situs melegenda di Aceh, yang dipercaya merupakan bekas jejak kaki dari seorang pertapa yang dikenal dengan Tuan Tapa. Nama ini juga diabadikan menjadi nama ibukota Aceh Selatan. Salah satu tapak kaki terbesar di dunia terdapat di kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh. Terletak di gunung kaki lampu dengan lebar 2,5 meter dan panjang 6 meter, tapak ini telah lama menjadi salah satu destinasi wisata.
Situs Tapak Tuan Tapa ini merupakan tempat wisata yang selalu ramai dikunjungi oleh wisatawan. Tak hanya wisatawan lokal, banyak pengunjung yang datang dari luar kota hingga mancanegara yang penasaran ingin melihat langsung jejak kaki raksasa yang ada di bibir pantai tersebut.
Panorama pemandangan situs ini sangat menakjubkan. Bahkan, dari sepanjang perjalanan saja, mata dimanjakan dengan pemandangan laut yang begitu indah dengan beberapa kapal nelayan yang sedang melaut, serta kapal besar pengangkut semen yang parkir di pelabuhan. Di ujung jalan setapak ini akan ada sebuah gazebo, sejenak Traveler dapat melepas lelah di sini sambil menikmati hembusan angin laut serta suara ombak.
Lokasi wisata Tapak Tuan Tapa ini tepat berada di kaki Gunung Lampo, dan langsung berbatasan dengan Samudra Hindia. Untuk menuju lokasi tempat wisata ini, wisatawan bisa menggunakan kendaraan pribadi atau kendaraan umum yang tersedia di Aceh Selatan.
Untuk melihat Tapak Tuan Tapa dari dekat, diperlukan ekstra hati-hati bagi semua pengunjung. Dari pintu masuk, Traveler dapat menggunakan anak tangga serta sebuah bangunan baru yang diberi pembatas guna keselamatan. Dari sini akan terlihat dengan jelas jejak kaki raksasa tersebut yang tepat berada di tepi samudra. Dan, jika ingin melihat lebih dekat lagi, harus melewati bebatuan karang yang licin yang terkena air laut. Harus hati-hati dan tetap waspada, karena banyak terjadi hal yang tidak diinginkan, seperti korban yang tersapu gelombang besar samudra.
Situs ini berada kaki Gunung Lampo, Kecamatan Tapak Tuan, Kabupaten Aceh Selatan. Jejak kaki di bibir pantai ini diyakini sebagai bekas tapak kaki seorang pertapa yang dikenal dengan Tuan Tapa. Tapak Tuan terdiri dari dua suku kata (dalam penulisan Tapaktuan secara resmi memang digabungkan) yaitu Tapak dan Tuan, yang berarti tapak kaki yang dimiliki oleh seseorang yang disebut Tuan. Konon menurut cerita masyarakat setempat, tapak kaki raksasa ini adalah milik seorang pertapa, pada zaman dahulu. Sang pertapa memiliki tubuh besar (sebagaimana kepercayaan bahwa manusia zaman dahulu berukuran lebih besar dibanding manusia sekarang). Karena tidak ada yang tahu namanya, makanya sang pertapa dipanggil dengan sebutan Tuan Tapa. Ada cerita unik yang dipercaya masyarakat setempat tentang Tuan Tapa dan dua ekor Naga yang memelihara anak manusia.
Dahulu di sana hidup seorang pertapa sakti bertubuh raksasa yang sangat taat kepada Allah. Namanya Syech Tuan Tapa. Suatu ketika ada dua naga dari negeri China menemukan seorang bayi terapung di tengah laut. Kedua naga ini menyelamatkan bayi itu dan merawatnya hingga tumbuh dewasa. Beberapa tahun kemudian, kedua orangtua bayi yang menjadi raja dan permaisuri di Kerajaan Asralanoka mengetahui keberadaan putri mereka yang ternyata selama ini dipelihara oleh naga. Raja meminta kembali buah hatinya pada kedua naga tersebut namun ditolak. Tanpa pikir panjang, raja membawa lari putrinya naik ke dalam kapal.
Kedua naga marah dan mengejar raja hingga terjadi pertempuran di tengah laut. Hal itu menyebabkan persemedian Tuan Tapa terusik. Karena terusik, Tuan Tapa lalu keluar dari gunung tempat ia bertapa dan melangkah ke sebuah gunung. Saat berdiri di puncak gunung, Tuan Tapa hendak melontarkan tubuh ke arena pertempuran. Jejak kaki saat dia berdiri itulah yang membekas di sini. Singkat cerita, Tuan Tapa memenangkan pertarungan dan sang putri pun kembali ke pelukan raja dan permaisuri.
Lokasi tempat Tuan Tapa bertapa berada pada sebuah gua yang disebut Gua Kalam, terletak pada di kaki pegunungan di desa Jambu Apha. Traveler  juga dapat mengunjungi kuburan Tuan Tapa di Gampong Padang, tepatnya di sebelah Mesjid Tuo, di depan MIN (Madrasah Ibtidaiyah). Kuburan ini memiliki lebar 2 meter dan panjang 15 meter yang dipagari dengan pagar beton.
Makin penasaran dengan tapak kaki raksasa ini? Segera kunjungi kabupaten yang dikenal dengan julukan Kota Naga ini!(Niel)