Pada 16 September 2024 yang lalu umat muslim memperingati Maulid Nabi. Masyarakat melakukan banyak kegiatan seperti dzikir, shalawat, bahkan ada tradisi yang unik, yakni Endog-endogan. Apa itu? Ini merupakan tradisi masyarakat Banyuwangi yang sudah dilakukan secara turun terumun.
Tradisi Endog-endogan Banyuwangi ini untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Lalu seperti apa prosesinya? Simak ulasannya di bawah ini.
1. Sekilas tentang tradisi Endog-endogan
Tradisi Geridhoan merupakan tradisi bagi pemuda-pemudi masyarakat using (suku di Banyuwangi) untuk mencari calon pasangan hidupnya. Sementara Endog-endogan adalah tradisi yang dilakukan dengan pawai telur hias dengan diiringi sholawat kepada Nabi Muhammad SAW. Keduanya merupakan tradisi khas Banyuwangi yang unik dan bisa dimanfaatkan sebagai daya tarik wisata.
2. Prosesi tradisi Geridhoan dan Endog-endogan
Keesokan harinya baru dilaksanakan tradisi Endog-endogan, adalah tradisi masyarakat Banyuwangi dalam memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Tradisi ini menggunakan endog atau telur, yang ditusuk dengan sebilah bambu kecil yang mirip dengan tusuk sate. Tapi ukurannya lebih panjang dan dihias dengan bunga dari kertas yang disebut kembang endog.
Kumpulan dari kembang endog ditancapkan pada batang pohon pisang yang sudah dihias yang disebut jodhang. Satu jodhang biasanya berisi kembang endog sebanyak 33 atau 99 buah, angka yang menjadi simbol dalam Islam. Kemudian kumpulan jodhang itu akan diarak keliling kampung dengan iringan musik hadrah (rebana).
3. Filosofi tradisi Endog-endogan
Filosofi mengapa menggunakan telur, karena terdiri dari kuning telur, putih telur, dan cangkang, meski satu kesatuan namun memiliki makna dan filosofi yang berbeda. Kuning telur adalah embrio yang yang selanjutnya akan menghasilkan kehidupan, yang menjadi bagian penting yang diibaratkan sebagai ihsan.
Sedangkan putih telur yang membungkus kuning telur diibaratkan sebagai agama Islam. Sementara cangkang telur diibaratkan sebagai sebagai iman dalam kehidupan sehari hari. Jadi maknanya setelah ihsan dan Islam, kemudian diperlukan iman sebagai perlindungan agar tidak sampai pudar.
Jodhang sebagai tempat menancapkan kembang endog diibaratkan sebagai diri manusia. Jadi wujud ihsan, Islam, dan iman itu harus ditancapkan pada diri manusia agar perjalanan hidupnya selalu mendapatkan rahmat dan keselamatan dunia serta akhirat.
Itulah tadi tradisi Endog-endogan khas mayarakat Banyuwangi saat Maulid Nabi. Tradisi ini juga bisa menjadi potensi wisata budaya, karena begitu kental kearifan lokalnya dan dilakukan secara meriah.
Oleh : Robertus Ari