Siapa bilang destinasi wisata di Bukittinggi selalu mahal dan boros? Kalau anda jeli, ada tempat-tempat wisata disana, yang penuh sejarah dan asyik didatangi namun tetap low budget. Yang pasti, keseruan dan keceriaannya tak pernah berkurang.
Jam Gadang
Jam Gadang  merupakan lambang Kota Wisata Bukittinggi yang dikelilingi oleh taman bunga dan pohon-pohon pelindung, yang dapat memberikan kesejukan dan berfungsi sebagai alun-alun kota. Dari puncaknya, anda dapat menikmati dan menyaksikan betapa indahnya alam sekitar Bukittinggi dengan dikelilingi panorama Gunung Merapi, Gunung Singgalang, Gunung Sago, dan Ngarai Sianok.
Jam Gadang didirikan oleh Controleur Rook Maker pada tahun 1926 yang berlokasi di pusat kota. Bangunan ini dirancang oleh Putra Minangkabau Jazid dan Sutan Gigih Ameh.  Salah satu keunikan Jam Gadang adalah angka empat yang ditulis dengan empat buah angka satu Romawi (IIII) – seharusnya ditulis dengan angka empat Romawi (IV).
Selain itu di sekitar Jam Gadang terdapat Istana Bung Hatta atau Tri Arga dan terdapat sebuah plaza yaitu Plaza Bukittinggi. Jam Gadang juga berguna sebagai penuntun bagi masyarakat sekitar untuk mengetahui waktu. Jam Gadang ini bergerak secara mekanik dan terdiri dari empat buah jam/empat muka jam yang menghadap ke empat arah penjuru mata angin dengan setiap muka jam berdiameter 80 cm.
Jam Gadang mudah dijangkau karena terletak di perkotan tepatnya di Jalan Sutan Syahril, Kota Bukittinggi. Untuk masuk ke kawasan ini traveler cukup merogoh kocek Rp10 ribu. Di sini juga tersedia andong atau sado yang disebut Bendi untuk berkeliling di kawasan pusat kota. Tarif yang dikenakan mulai dari Rp 40 ribu hingga Rp 150 ribu, tergantung rute yang diinginkan pegunjung.
Benteng Fort De Kock
Benteng ini didirikan oleh Kapten Bouer pada tahun 1825 pada masa Baron Hendrik Markus De Kock, sewaktu menjadi komandan Der Troepen dan Wakil Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Karena itu benteng ini terkenal dengan nama Benteng Fort De Kock. Benteng yang terletak di atas Bukit Jirek ini digunakan oleh Tentara Belanda sebagai kubu pertahanan dari gempuran rakyat Minangkabau. Terutama sejak meletusnya perang Paderi pada tahun 1821-1837.
Di sekitar benteng masih terdapat meriam-meriam kuno periode abad ke-19. Hingga saat ini, Benteng Fort de Kock masih ada sebagai bangunan bercat putih, hijau setinggi 20 m. Benteng Fort de Kock dilengkapi dengan meriam kecil di keempat sudutnya. Kawasan sekitar benteng sudah dipugar oleh pemerintah daerah menjadi sebuah taman dengan banyak pepohonan rindang dan mainan anak-anak.
Dari lokasi wisata ini kita dapat menikmati Kota Bukittinggi dan daerah sekitarnya. Benteng ini dibangun di puncak di dalam Kota Bukittinggi tahun 1825, ketika terjadi perlawanan rakyat yang dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol dan Harimau Nan Salapan terhadap Belanda.
Tempat yang luas ini telah dihiasi dengan taman sebagai tempat ketinggian, menyaksikan Ngarai Sianok dan perbukitan sekitarnya. Kawasan ini hanya terletak 1 km dari pusat kota Bukittinggi di kawasan Jam Gadang, tepatnya di terusan Jalan Tuanku nan Renceh.
Benteng Fort de Kock Guguk Panjang buka mulai pukul 07.30-22.00 WIB. Harga tiket masuk adalah Rp15 ribu untuk dewasa dan Rp10 ribu untuk anak. (IPG)