Sejak era kolonial, bumi Nusantara telah lama dikenal sebagai tanaman aromatik dan rempah-rempah. Untuk itu banyak negara Eropa berlomba-lomba datang ke sini untuk mencari bahan utama pembuatan bumbu masakan hingga minyak aromaterapi atau minyak atsiri. Tanaman aromaterapi terutama serai dan nilam, merupakan salah satu komoditas primadona pada 1960-an dan membuka hubungan dagang antara Indonesia dan negara-negara di Eropa.
Terinspirasi dari perjalanan sejarah dan potensi tanaman aromatik, maka lahirlah Rumah Atsiri Indonesia yang berlokasi di kawasan dataran tinggi Desa Plumbon, Tawangmangu, Jawa Tengah. Â Sejak tahun 2016, Rumah Atsiri menjadi tempat wisata edukasi tentang tanaman aromatik untuk pembuatan minyak esensial dan produk aromaterapi lainnya.
Awalnya bangunan Rumah Atsiri merupakan bekas pabrik penyulingan Citronella pada zaman Presiden Ir. Soekarno pada tahun 1963. Tempat ini merupakan hasil kesepakatan perdagangan antara Indonesia dan Bulgaria pasca kemerdekaan.
Pengelola mengembangkan kawasan seluas 5 hektare dan pembangunan fasilitas yang mendukung program penelitian, pelatihan dan edukasi tentang produk olahan dari minyak atsiri, tanpa mengubah struktur asli bangunan utama yang dirancang tim dari Bulgaria. Pemandangan lanskap Gunung Lawu dan hamparan kebun bunga Marigold juga menciptakan suasana yang tenang dan menyegarkan pikiran.
Di sini, Traveler dapat melihat 80 jenis tanaman aromatik yang dibudidayakan, mendalami sejarah minyak atsiri di dunia dan inovasi alat penyulingannya dari masa ke masa, serta belajar tentang cara membuat minyak esensial di Learning Hubs. Selain itu ada juga fasilitas pendukung lainnya seperti akomodasi, restoran, dan function hall.
Saat ini, terdapat 29 jenis minyak esensial yang diproduksi Rumah Atsiri. Tanaman aromatik Java Rosemary, Lemongrass (Serai), dan Patchouli (Nilam) merupakan jenis tanaman yang tumbuh subur di Indonesia, sehingga menjadi produk minyak atsiri unggulan dan banyak diminati pelanggan dari Jawa, Bali, Kalimantan dan Sulawesi.
Rumah Atsiri diketahui bermitra dengan para petani lokal dan 80 persen karyawan juga berasal dari masyarakat sekitar desa. Selain itu, Rumah Atsiri juga memberikan pembinaan terhadap UMKM lokal hingga mereka dapat memproduksi dan memperoleh izin Produk Industri Rumah Tangga untuk memasarkan produknya.
Meski kegiatan wisata masih dibatasi karena pandemi, wisatawan tidak perlu khawatir. Rumah Atsiri menyediakan tur virtual dan pelatihan secara daring lho.(Ipg)