Lombok menjadi salah satu destinasi wisata andalan Indonesia saat ini. Sempat tenggelam namanya di masa lalu, namun saat ini pariwisata Lombok menjadi favorit banyak orang, baik lokal maupun mancanegara. Sejuta pesona begitu memancar dari sebuah pulau kecil bagian timur Bali ini. Salah satunya adalah festival tahunan Lombok, Festival Bau Nyale.
Fajar masih belum terlihat, tapi ribuan pemburu telah bersiap di bibir Pantai Seger, Lombok Tengah, NTB.
Festival Bau Nyale atau berburu nyale ini, marak diramaikan wisatawan lokal maupun mancanegara. Yah, tidak saja hanya masyarakat setempat yang tumpah ruah meramaikan event ini, wisatawan dari berbagai penjuru juga sudah siap berburu nyale, cacing warna warni yang disebut sebagai perwujudan Putri Mandalika yang cantik rupawan.
Para pemburu nyale datang dari berbagai kalangan, mulai dari anak-anak sampai dewasa, wanita dan laki-laki, semua berkumpul hadir beramai-ramai. Dinginnya air laut serta semilirnya angin pagi hari yang cukup menusuk, tak dihiraukan lagi. Saling berburu menceburkan diri ke pantai berkarang. Teriakan para pemburu nyale saling beradu dengan deburan ombak Pantai Seger.
Sebagai penerangan, rata-rata mereka memasang lampu kecil di kening atau senter di tangan. Para pemburu menangkap nyale dengan menggunakan kayu yang berbentu huruf ‘U’, yang diikat jaring dibelakangnya. Ketika nyale bermunculan dari dalam karang, para pemburu pun langsung menyeroknya dengan jaring tersebut. Dibutuhkan kesabaran dan kelihaian dalam menangkap nyale ini, karena cacing-cacing ini sangat licin dan lincah gerak geriknya.
Dari sekian banyak pemburu nyale yang hadir di Pantai Seger, banyak juga wisatawan yang hanya menikmati pemandangan itu. Memotret dan mengupload kejadian demi kejadian seru ini. Untung ada XL Axiata yang sudah terfiberisasi sehingga jaringan internet stabil dan upload pun lancar.
Festival ajang tahunan yang mengemas khazanah budaya di Lombok ini memang sudah menjadi daya tarik wisatawan. Pesona Bau Nyale merupakan perayaan dan tradisi budaya yang telah dilakukan ratusan tahun lalu secara turun temurun oleh Suku Sasak, penduduk asli Pulau Lombok.
Asal Usul Bau Nyale
Bau Nyale dalam bahasa Sasak yang artinya, bau itu menangkap, nyale adalah cacing laut yang hidup di lubang-lubang batu karang di bawah permukaan laut. Cacing laut ini hanya muncul setahun sekali di Pantai Selatan Pulau Lombok. Festival Bau Nyale adalah tradisi menangkap cacing laut yang biasanya selalu diadakan di Pantai Seger Kuta, kabupaten Lombok Tengah.
Tradisi ini berawal dari sebuah legenda, seorang putri nan cantik jelita penuh kelembutan bernama Putri Mandalika, yang terlahir dari seorang permaisuri bernama Dewi Seranting dan Raja Tonjang Baru yang terkenal dengan kewibawaan dan kerendahan hatinya. Kecantikan, lembut hati dan kesantunan Putri Mandalika sangat tersohor bahkan sampai menjadi rebutan para pangeran dari kerajaan Johor, Pane, Daha, Beru, Lipur dan Kuripan.
Ada dua pangeran yang bersaing ketat memperebutkan Putri Mandalika untuk menjadi permaisurinya, yaitu Pangeran Datu Taruna dari kerajaan Johor dan Pangeran Maliawang dari kerajaan Lipur. Bingung karena jika salah satu yang terpilih pasti akan menimbulkan peperangan. Tak ingin menimbulkan konflik yang berkepanjangan, Putri Mandalika pun akhirnya memilih menceburkan diri ke laut. Pengorbanan seorang Putri Mandalika yang lebih mencintai perdamaian bagi semua golongan masyarakat.
Pangeran dan para penduduk bingung mencari sang putri. Yang ada mereka malah menemukan cacing-cacing laut yang disebut sebagai Nyale. Kemunculan nyale yang hanya setahun sekali ini, dipercaya sebagai wujud kunjungan Putri Mandalika untuk masyarakat Sasak. Dan mereka juga percaya bahwa nyale ini menjadi berkah bagi masyarakat setempat karena khasiatnya yang menyembukan penyakit.
Kegiatan berburu nyale baru usai setelah matahari terbit. Ribuan orang dipinggir pantai berkumpul, penuh semangat setelah berburu nyale diiringi deburan ombak dan siluet sunrise, sungguh menjadi panorama keindahan yang luar biasa menakjubkan. #JaringanInternetStabil #Fiberisasi