Berwisata tidak melulu melihat pemandangan gunung, pantai, danau atau air terjun. Berwisata mengeksplore suatu desa yang unik, jadi satu pengalaman seru dan menyenangkan juga. Seperti ke Desa Praiyawang, sebuah perkampungan yang terletak di Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur. Desa Praiyawang atau disebut juga Kampung Adat Praiyawang masih memegang teguh kelestarian adat istiadatnya. Berada di Desa Rindi, Kecamatan Rindi, sekitar 69 km di sebelah timur Kota Waingapu, suasana peradaban masa silam sangat kental terasa ketika memasuki kampung ini. Mulai dari deretan rumah-rumah Sumba yang arsitekturnya sangat kental dan khas sekali, yaitu dimana tiap rumah memiliki menara yang tinggi. Juga barisan kuburan tua megalitik para bangsawan yang memiliki pahatan simbol yang mengandung unsur penuh makna, menjadi ciri khas kuburan nenek moyang warga desa ini. Selain kuburan batu tua, di kampung ini juga masih menyimpan barang-barang peninggalan nenek moyang seperti gong, tambur dan pakaian adat yang semuanya ini telah berumur ratusan tahun tetapi masih terawat dengan baik.
Kampung Adat Praiyawang adalah desa kerajaan tertua di tanah Marapu yang berpegang teguh pada budaya lama. Penduduk desanya juga sangat ramah. Sebagian besar masyarakat sumba memang masih memegang erat adat dan budayanya. Ciri khan adat istiadat mereka yang paling kentara dilihat yaitu dari bentuk rumah warga Desa Praiyawang. Bentuk atap rumah adat Praiyawang berciri khas tinggi lancip dan tiap-tiap rumahnya memiliki 3 bagian, yaitu bagian bawah, tengah dan atas rumah. Semuanya melambang simbol tertentu, yakni alam bawah (tempat arwah), alam tengah (tempat manusia) dan alam atas (tempat para dewa).
Di tengah desa berjejer barisan kuburan megalitik bangsawan dengan batu berukuran besar dan beratnya dapat mencapai satu hingga 5 ton dengan pahatan yang penuh makna. Bagian atas kuburan memiliki ukiran simbol binatang yang digantung. Ukir simbol yang berarti untuk perilaku atau pekerjaan orang selama hidup. Beberapa kuburan memiliki berbagai ukiran hewan karena orang itu pasti memiliki sifat yang beragam.
Kuburan-kuburan tersebut dikelilingi oleh delapan rumah induk. Delapan rumah induk itu melambangkan delapan keturunan dari bangsawan dalam Kampung Adat Praiyawang. Masing-masing memiliki fungsi yang sudah tertata. Rumah Besar yaitu Rumah Adat Harapuna/Uma Bokul, saat ini dijadikan sebagai tempat penyimpan mayat yang juga digunakan pada ritual khusus seperti ridual adat kematian para raja, sedangkan Rumah Adat Uma Ndewa digunakan khusus untuk ritual adat cukuran bagi anak raja yang baru lahir. Begitu pula halnya dengan Rumah Adat Uma Kopi yang difungsikan sebagai rumah tempat minum kopi.
Masyarakat dari Kampung Adat Praiyawang masih menyimpan barang-barang bersejarah peninggalan dari nenek moyang yang berupa gong, drum dan pakaian tradisional yang memiliki usia hingga ratusan tahun namun masih dijaga dengan sangat baik.
Desa ini juga menjaga kelestarian kebudayaan tarian, seperti Tarian Kabokang yang selalu ditampilkan untuk acara-acara penting. Tarian tradisional ini memberi makna bahwa seorang raja harus selalu bersikap jujur dan adil. Tarian ini juga sebagai penyambut kelahiran bayi, juga upacara persiapan berperang. Biasanya para penari menggunakan kain Hinggi Kombu, yaitu selembar penutup bodi dan selendang syal.
Untuk mencapai Kampung Adat Praiyawang, Traveler harus je Kota Kupang, Ibukota Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dahulu. Dari Kota Kupang melanjutkan penerbangan ke Bandara Umbu Mehang Kunda di Kota Waingapu. Dari Waingapu perjalanan dilanjutkan dengan menggunakan mobil menuju tenggara ke Desa Rindi yang berjarak 69 Km. Akses menuju desa ini terbilang masih agak sulit, karena belum ada akomodasi langsung dari Waingapu menuju desa ini. Traveler disarankan menyewa motor atau mobil dari Waingapu. Jalanan menuju ke Praiyawang terbilang cukup bagus arena sepanjang jalan aspal masih sangat mulus dan lancar.(Kuniel)