Indonesia memiliki banyak sekali budaya yang unik dan mencuri perhatian wisatawan. Mulai dari Sabang hingga Merauke ada saja budaya yang ingin diketahui bahkan dipelajari. Seperti Papua yang sudah dikenal dengan destinasi wisatanya yang sangat indah. Selain keindahan panoramanya yang menakjubkan, keunikan rumah adat yang mereka tempati juga seru dinikmati.
Rumah adat ini sudah ada sejak zaman nenek moyang mereka. Maka dari itu kita harus melestarikan dan bangga pada budaya yang ada di Indonesia. Dan Papua, bisa dijadikan pilihan untuk liburan. Di Papua Traveler akan disuguhkan pemandangan dan kehidupan masyarakat Papua yang masih alami dan tradisional. Salah satu destinasi yang harus anda kunjungi saat ke Papua adalah Rumah Adat Papua yang bernama Honai.
Yang dibayangkan bahwa rumahpada umumnya adalah tempat tinggal yang luas, berisikan ruang tamu, dapur, dan kamar. Namun, hal tersebut malah berbeda dengan Rumah Adat Honai. Rumah ini justru memiliki ukuran yang sangat kecil dari rumah pada umumnya. bentuknya yang bulat dan atap kerucut ditutupi jerami. Traveler juga tidak bisa berdiri tegak jika sudah ada di dalam rumah Honai ini, karena ukurannya yang tidak lebih dari 1 meter saja. Tidak ada jendela dan hanya ada satu pintu masuk saja.
Sebagai penutup, mereka menggunakan jerami dan ditata sedemikian rapi. Jerami yang digunakan untuk atap rumah honai ini akan memberikan suasana yang sejuk. Selain itu dengan bentuknya yang kecil, terdapat satu perapian dan letaknya di bagian tengah. Uniknya lagi, rumah Honai ini dihuni oleh suku Dani yang berjenis kelamin laki-laki dan untuk perempuan bernama rumah Ebe’ai yang berbentuk persegi.
Selain unik, Rumah Honai pun tidak hanya dijadikan tempat tinggal saja. Rumah Honai juga memiliki fungsi lain yaitu untuk menyimpan umbi-umbian hasil panen dan pengasapan mumi. Rumah Honai yang digunakan untuk pengasapan mumi bisa anda temukan di Desa Kerulu dan Desa Aikima, tempat 2 mumi paling terkenal di Lembah Baliem.
Rumah Adat Honai hanya boleh ditempati oleh pria saja. Wanita dilarang keras untuk masuk ke rumah Honai, walaupun sudah menikah. Hanya pria dan anak laki-laki saja yang boleh masuk, begitupun sebaliknya rumah Ebe’ai hanya boleh ditempati oleh wanita saja. Konon budaya tersebut sudah menjadi budaya turun-menurun dan harus dituruti.(DT)