Melihat Suara Peradaban dari Masa 12.000 Tahun Lampau di Goa Telapak Tangan

Mengunjungi Kabupaten Kutai Timur, tidak afdol rasanya kalau tidak mampir ke Goa Telapak Tangan, atau yang disebut juga Goa Tewet, yang ada di dalam kompleks Karst Sangkulirang, Mangkalihat. Merupakan situ bersejarah yang populer di kalangan internasional, yang menghadirkan peninggalan sejarah tahun 10.000 SM

Goa Tewet di dalam kompleks Karst Sangkulirang-Mangkalihat, memancarkan pesona purba. Tak sedikit turis asing yang datang hanya untuk menikmati keindahan lukisan tapak tangan di sepanjang dinding goa ini. Di dinding gua itu mereka terpana melihat lukisan-lukisan yang mengabadikan jejak kehidupan prasejarah di Kalimantan, lukisan-lukisan yang mendukung sebuah tesis bahwa masyarakat Kalimantan serumpun dengan suku Aborigin di Australia.

Goa Tewet,
Goa Tewet, by Indonesiatraveler.id

Dalam suatu riset, Chazine yang berasal dari CNRS (Centre National de la Recherche Scientifique) mengatakan bahwa lukisan di Goa Tewet ini menggambarkan hubungan antara dukun dengan alam roh. Dilihat dari gambar telapak tangan yang menghiasi dinding goa, merepresentasikan sebuah ritual pengobatan tradisional di mana dukun menempelkan telapaknya pada tubuh pasien lalu menyemburkan ramuan mujarab dari mulutnya. Mereka memperkirakan bahwa lukisan gua ini berusia lebih dari 10.000 tahun.

Situs sejarah kawasan Karst Sangkulirang Mangkalihat memiliki hamparan seluas 2.145.301 hektar dari Kabupaten Berau hingga Kabupaten Kutai Timur. Selain gambaran telapak tangan, ada juga beberapa peninggalan sejarah pada dinding puluhan goa dan lorong panjang di dalamnya.

Goa Tewet
Goa Tewet, by Indonesiatraveler.id

Semua peninggalan kuno di Goa Tewet itu diperkirakan merupakan awal penyebaran rumpun manusia purba Austronesia. Artinya, Karst Sangkulirang Mangkalihat menjadi titik awal kemunculan manusia purba yang ada di bumi pertiwi.

Pada dinding-dinding ruangan Goa Tewet yang seluas sekitar 137,76 meter persegi ini, terdapat lebih dari 50 gambar cadas purba yang kondisinya masih bagus. Menurut para ilmuan, gambar-gambar cadas di kawasan Sangkulirang-Mangkalihat diperkirakan dibuat oleh bangsa Pra-Austronesia yang hidup pada Zaman Es. Yakni 40.000-10.000 sebelum Masehi.

Goa Tewet
Goa Tewet, by Indonesiatraveler.id

Bahan dan metode pembuatan gambar cadas dilokasi ini, diperkirakan masih serupa di semua lokasi yang memiliki karya seni manusia purba di daerah lainnya yang ada di Indonesia. Tradisi gambar cadas tersebar di berbagai situs prasejarah di Indonesia, terutama di bagian timur. Selain di Kutai Timur, beberapa gambar yang sudah diidentifikasi antara lain di daerah Sulawesi Selatan, yakni Maros, Pangkep, Bone, dan Danau Towuti.

Goa Telapak Tangan atau Goa Tewet ini, terletak di dalam hutan wilayah Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur. Tepatnya di gugusan gunung atau Goa Karst yang juga terdapat beberapa goa. Di antaranya Goa Tewet yang belum sepenuhnya dieksplor oleh peneliti. Goa yang memiliki jejak telapak tangan ini, terletak di dalam kawasan pegunungan Marang, di Kecamatan Bengalon, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kaltim.

Goa Tewet
Goa Tewet, photo by Institut Teknologi Bandung

Untuk bisa menuju Goa Tewet, dibutuhkan waktu sekitar dua hari. Dari Ibukota Provinsi Kaltim, Kota Samarinda, menuju Kabupaten Kutai Timur ke Sangatta, harus ditempuh sekitar 6 jam perjalanan darat. Perjalanan dilanjutkan ke Desa Sepaso, Kecamatan Bengalon. Kendaraan yang digunakan hanya dengan ketinting. Perahu yang menggunakan mesin dinamo mengandalkan bahan bakar minyak atau disebut motorist, untuk bisa tembus ke Goa Tewet. Dari Batu Ampur, perjalanan menempuh waktu 4 jam lamanya. Mendekati lokasi yang dituju. Rombongan berjalan menanjak keatas setinggi sekitar 150 meter. Pengunjung harus mengenakan tali clambing menuju muara Goa Tewet selama dua jam. Setelah dua jam, sampailah di Goa Tewet.

Ada enam goa yang menyimpan memori mengenai jejak-jejak manusia dari sepuluh milenium silam ini, yaitu Goa Liang Sara, Goa Mardua, Goa Ilas Kenceng, Goa Payau, Goa Masri, dan Gua Tewet ini. Dan lebih dari 500 lukisan tersimpan rapi di sana. Semua hampir setara dengan lukisan purba yang ditemukan di Benua Eropa.

Bukti zaman prasejarah ini sampai saat ini memang masih terjaga dan terpelihara, mungkin karena lokasinya begitu terpencil dan terisolasi, sehingga untuk mencapainya dibutuhkan waktu dan tenaga yang tak sedikit.  Semoga selalu terjaga situs-situs peninggalan sejarah ini, sampai kapanpun!(Niel)

spot_imgspot_img

Subscribe

Related articles

Liburan di Filipina, Dimas Anggara-Nadine Chandrawinata Berendam di Bak Luar Ruang

Pasangan Nadine Chandrawinata dan Dimas Anggara memang suka traveling atau berpergian,...

Mengenal Tradisi Jogja yang Jarang Diketahui

Salah satu alasan Jogja menjadi destinasi wisata favorit wisatawan...

Gubernur Arinal berharap ajang Puteri Indonesia dapat mengenalkan potensi wisata Lampung

Gubernur Lampung Arinal Djunaidi bersama Ketua Dekranasda Provinsi Lampung...

Inilah Makanan Khas Bali yang Halal Dikonsumsi

Traveler muslim gak perlu khawatir lagi untuk wisata kuliner...

Rekomendasi Tempat Wisata Seru di Melbourne, Australia

Kalau berkunjung ke Australia rasanya akan makin seru saat...
spot_imgspot_img

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here