Pacitan merupakan sebuah kota yang terletak di Jawa Timur yang lokasinya berada di barat daya Surabaya dan juga berbatasan langsung dengan Jawa Tengah. Dengan kondisi dikelilingi oleh pegunungan kapur, yang menjadikan tanah di daerah ini kering dan tidak subur, namun Pacitan tetap mempunyai keistimewaan yang luar biasa pada keindahan alamnya. Pacitan merupakan salah satu destinasi yang banyak menyajikan wisata alamnya. Yah, Pacitan dianugerahi keindahan bawah tanah yang mempesona berupa goa-goa kapur yang dihiasi stalaktit dan stalakmit. Tak heran Kota Pacitan pun mendapat julukan sebagai kota 1001 goa, dan salah satu goa yang terkenal adalah Goa Gong. Bakan, Goa Gong di sebut-sebut juga sebagai goa terindah di Asia Tenggara.
Panorama eksotik yang ditawarkan oleh Goa Gong memang sangat memukau, membuat takjub siapapun yang datang kesini. Bertualang di Goa Gong, Traveler akan disuguhkan keeksotisan struktur stalaktit dan stalakmitnya yang terbentuk secara alami mempesona, menghipnotis para pengunjung goa yang akan mennyusuri lorong goa sepanjang 256 meter ini.
Formasi keindahan stalaktit dan stalakmit ini sudah langsung menyambut Traveler begitu memasuki mulut goa. Stalaktit dan stalakmit ini sangat beragam dengan aneka bentuk dan ukuran yang menghiasi seluruh penjuru ruangan. Untuk mengabadikan berbagai keindahan stalaktit dan stalakmit di ruangan ini, maka diberilah nama-nama, seperti Selo Bantaran Angin, Selo Adi Citro Buwono, Selo Jengger Bumi, Sleo Citro Cipto Agung, Selo Pakuan Bomo, dan lainnya.
Keseruan lainnya di dalam goa ini yaitu terdapat banyak ruangan-ruangan seperti Ruang Sendang Bidadari, Ruang Bidadari, Ruang Kristal dan Marmer, Ruang Pertapaan dan Ruang Batu Gong. Bahkan salah satu ruangan ini pernah dipergunakan sebagai konser musik yang disiarkan langsung di empat negara dalam rangka mempromosikan potensi Goa Gong ini, beberapa tahun lalu.
Selain keindahan stalaktit dan stalakmit yang menghiasi ruangan gua, ada juga mata air yang disebut sendang, Ada lima mata air, yiatu Sendang Jampi Rogo, Sendang Panguripan, Sendang Relung Jiwo, Sendang Kamulyan dan Sendang Relung Nisto. Tiap sendang memiliki nama yang unik dan fungsinya berbeda. Salah satu sendang yaitu Relung Nisto konon diambil dari bahasa Jawa yang berarti membuang sial dengan cara orang tersebut harus berendam disana.
Di ujung lorong, Traveler akan menemukan sebuah ruangan yang membentuk kubah rakasa sepanjang 100 m, dengan lebar 15 hingga 40 meter dan tinggi antara 20-30 meter. Ini merupakan ruangan inti dari Goa Gong ini, dimana Traveler akan menyaksikan keajaiban batu berbunyi gong. Di ruang ini ada sebuah batu yang jika dipukul mengeluarkan suara seperti suara gong.
Selain terdapat stalaktit dan stalakmit, Goa Gong juga memiliki keindahan dari batu-batu seperti marmer dan kristal. Jangan kaget jika goa ini terang dan bahkan banyak lampu cahaya warna-warni. Fungsi lampu tersebut adalah untuk menerangi batu-batu dan formasi stalaktit dan stalakmit agar dapat terlihat jelas oleh wisatawan. Tak hanya itu, ada juga pendingin ruangan yaitu kipas angin besar di beberapa sudut goa.
Sejarah Goa Gong
Goa Gong ditemukan sekitar tahun 1924 oleh sesepuh Pacitan Mbah Joyo dan Mbah Noyo ini. Menurut cerita dari warga sekitar, sekitar tahun itu, Pacitan mengalami kekeringan dan sangat sulit untuk memperoleh air. Untuk mengatasi kondisi tersebut, Mbah Noyo Semito dan Mbah Joyo mencari sumber mata air yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan mereka.
Pada akhirnya mereka berhasil menemukan sebuah lubang dan berinisiatif untuk menelusurinya. Dengan hanya membawa obor, mereka masuk ke lubang tersebut dan menyusuri lorong-lorong yang ada di dalamnya. Lubang yang mereka masuki ternyata sangat dalam sehingga Mbah Noyo dan Mbah Joyo menghabiskan sebanyak tujuh obor dan akhirnya mereka menemukan mata air di dalam goa tersebut.
Setelah beristirahat dan mandi di mata air tersebut, mereka pulang sambil mengangkut air dan membawa kabar baik untuk semua penduduk. Mulai saat itu, warga berbondong-bondong memanfaatkan mata air yang ada di gua tersebut.
Gua Gong, nama ini diambil dari misteri yang dahulu sempat menyelimuti dan menghantui masyarakat sekitar. Yah, saat itu, setiap malam warga sering mendengar suara tabuhan menyerupai suara gong, salah satu alat musik gamelan, yang berasal dari dalam gua.
Namun begitu ditelusuri secara ilmiah, suara gong itu ternyata bersumber dari suara yang dihasilkan dari tetesan air yang menimpa stalaktit atau stalakmit di dalam goa tersebut. Ditambah dengan gema yang dipantulkan oleh formasi batuan di dalam goa, menghasilkan suara-suara yang cukup enak di dengar dan dinikmati.
Goa Gong terletak di Dusun Pule, Desa Bomo, Kecamatan Punung, Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Gua ini berjarak sekitar 37 km dari pusat kota Pacitan ke arah barat (arah Wonogiri). Untuk mencapai Goa Gong, Traveler dapat memilih 3 jalur yang berasal dari kota-kota di sekitar Pacitan yaitu Ponorogo, Wonogiri dan Trenggalek.
Jalur pertama adalah jalur bagi mereka yang berasal dari Yogyakarta. Rute yang ditempuh yaitu Yogyakarta menuju Gunung Kidul, dilanjutkan ke arah Wonogiri (Pracimantoro) terus hingga Pacitan. Petunjuk arah menuju Goa Gong dapat ditemui sebelum memasuki Kota Pacitan.
Jalur kedua adalah dari Solo. Arahkan kendaraan menuju Wonogiri (Baturetno), dilanjutkan sampai Pacitan. Petunjuk menuju Goa Gong akan ditemui di sebelah kanan sebelum masuk Pacitan.
Jalur ketiga merupakan jalur bagi mereka yang berasal dari daerah Surabaya dan sekitarnya. Dari Surabaya, perjalanan diarahkan ke arah Nganjuk sampai Madiun, kemudian dilanjutkan ke Ponorogo terus hingga Pacitan. Untuk mencapai Goa Gong, lanjutkan perjalanan keluar Pacitan menuju Wonogiri. Nanti akan melihat plang jalan menuju Goa Gong yang berada di sebelah kiri jalan.
Goa Gong buka mulai pukul 07.00 WIB hingga pukul 16.00 WIB. So, selamat meng-eksplore Goa Gong, goa yang terkenal se antero Asia Tenggara ini!(Kuniel)