Perjalanan Sejarah Goa Belanda Bandung

Goa Belanda Bandung merupakan sebuah goa yang usianya sudah ratusan tahun, yang berada di dalam kawasan Taman Hutan Raya Ir. H Djuanda, kira-kira 1 km dari pintu masuk Taman Hutan. Merupakan bentangan pegunungan dari barat sampai ke timur yang juga tangki air raksasa alamiah untuk cadangan pada musim kemarau kelak.

Dibangun pada tahun 1906 oleh pemerintah Hindia Belanda, awalnya berfungsi sebagai tempat penampungan aliran air dari Sungai Cikapundung untuk digunakan bagi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Bengkok. Namun entah alasan apa, akhirnya fungsi sebagai PLTA pun terhenti. Lalu pada tahun 1918, goa tersebut akhirnya berfungsi kembali namun bukan sebagai PLTA, melainkan difungsikan untuk kepentingan militer dengan penambahan ruangan di sayap kanan dan sayap kiri lorong utama. Mereka menyusun berbagai strategi peperangan, menyimpan artileri dan senjata, serta menjadikannya sebagai stasiun radio komunikasi. Lokasinya yang tersembunyi dan tinggi, menjadikan goa ini sebagai
kawasan strategis bagi tentara Belanda.

Papan Goa Belanda
Papan Goa Belanda

Tidak berapa lama kemudian, PLTA kembali difungsikan. Namun, saluran penampungan air tidak lagi melalui lorong utama goa, tetapi lewat saluran bawah tanah dimana saluran itu akan muncul kepermukaan di Pintu 2 dan ditampung di Kolam Pakar. Dari Kolam Pakar inilah air akan disalurkan menuju PLTA Bengkok, yang pada tahun 1923 baru difungsikan dan dikelola oleh GEBEO (Gemeenschapelijk Electriciteit Bedrijf Voor Bandoeng en Omstreken). GEBEO inilah yang menjadi cikal bakal berdirinya Perusahaan Listrik Negara atau yang biasa disebut PLN.

Pada masa pendudukan Belanda, perbukitan Pakar ini sangat menarik untuk strategi militer, karena lokasinya begitu dekat dengan pusat kota Bandung. Tak heran menjelang Perang Dunia Ke II pada awal tahun 1941, kegiatan militer Belanda makin ditingkatkan. Dalam terowongan untuk pembangkit listrik tenaga air (PLTA) Bengkok sepanjang 144 meter dan lebar 1,8 meter ini, dibangunlah jaringan goa sebanyak 15 lorong dengan 2 pintu masuk setinggi 3,20 meter. Luas pelataran yang dipakai goa seluas 0,6 hektar dan luas seluruh goa berikut lorong nya adalah 548 meter.

Selain untuk kegiatan militer, Goa ini digunakan untuk stasiun radio Belanda, karena stasiun radio awal mereka yang ada di Gunung Malabar terbuka dari udara, sulit untuk dilindungi dan dipertahankan dari serangan udara, makanya Belanda pun memilih goa ini untuk dijadikan stasiun radio mereka.

Meskipun akhirnya belum optimal, tetapi pada awal Perang Dunia Ke II dari stasion radio inilah Panglima Perang Hindia Belanda, Letnan Jendral Ter Poorten melalui Laksamana Madya Helfrich, dapat berkomunikasi dengan Panglima Armada Sekutu Laksamana Muda Karel Doorman. Mereka berusaha keras untuk mencegah masuknya Angkatan Laut Kerajaan Jepang yang mengangkut pasukan mereka yang akan mendarat di Pulau Jawa. Sayang sekali usaha ini gagal dan seluruh pasukan Jepang berhasil mendarat dengan selamat dibawah komando Letnan Jendral Hitosi Imamura.

Saat ini, kondisi Goa Belanda sudah tertata rapi dan sudah dilapisi semen. Namun besi-besi berkarat yang tergantung di langit – langit goa juga masih seperti semula. Goa Belanda pun kemudian menjadi tempat wisata yang bisa dikunjungi wisatawan. Goa Belanda saat ini dapat dimasuki dengan aman dan dijadikan sebagai tempat wisata yang penuh dengan nilai sejarah.(Nil)

Subscribe

Related articles

Oleh-oleh Khas Brebes Paling Populer, Wajib Borong Banyak

Brebes merupakan salah satu kabupaten yang ada di provinsi...

Tempat Wisata Ikonik di Timor Leste Favorit Wisatawan

Lokasinya tak jauh dari Indonesia dan berbatasan langsung dengan...

Tempat Wisata di Kuningan yang Cantik dan Hits

Kuningan merupakan salah satu kabupaten di Jawa Barat yang...

Modest Fashion Festival (MFF) Hadir di Discovering the Magnificence of Indonesia 2024

Tahun ini, Discovering the Magnificence of Indonesia (DMI) 2024...
spot_imgspot_img

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here