Bumi Kahuripan memang tak pernah usang dimakan usia. Bagaimana tidak? Tanah yang terkenal dengan tokoh Sangkuriang ini memiliki pesona tersendiri untuk memanjakan mata-mata lelah yang suntuk akan hiruk-pikuk perkotaan. Sebut saja kota Tasikmalaya sebagai salah satu kota yang terletak di provinsi Jawa Barat. Berbicara tentang objek wisata di Tasikmalaya, sebenarnya banyak yang belum ramai terjamah namun mampu menghipnotis traveler untuk kembali ke sana. Salah satunya adalah objek wisata Batu Mahpar, yang terletak di Desa Sukamulih, Kecamatan Sariwangi, Tasikmalaya.
Batu Mahpar merupakan sebuah sungai jernih yang dasarnya adalah batu yang sangat besar dan lebar. Di sepanjang sisi batu merupakan bekas aliran lava dari Gunung Galunggung yang kemudian bertahun-tahun mengeras menjadi batu. Anak sungai ini awalnya berukuran kecil, sekitar 7 meter kemudian disambung dengan luas sungai yang semakin melebar menjadi 10-12 meter dan diakhiri jurang lepas dengan kedalaman 80-90 meter.
Disini, Traveler bisa memanjakan tubuh dengan merasakan damai dan dinginnya air segar serta udaranya yang menyejukkan, apalagi lokasi wisata ini di perbukitan kaki Gunung Galunggung. Sudah pasti panorama alam sekitarnya sangat menunjang, menjadi satu kesatuan keindahan alam yang tak bisa dipungkiri. Tak hanya sampai di situ, Batu Mahpar ternyata bukan sekadar objek wisata yang memanjakan mata, namun juga bernilai edukasi. Jika ditelusuri, Kecamatan Sariwangi ini menyimpan banyak peninggalan sejarah, termasuk Batu Mahpar. Konon, daerah ini merupakan pusat kebataraan dan kerajaan Galunggung.
Banyak Makam Para Leluhur dan Peninggalan Sejarah
Pada periodesasi Islam, Batu Mahpar dan sekitarnya merupakan tempat ritual dan ritus-ritus keagamaan. Hal ini meninggalkan beberapa makam-makam leluhur yang sering diziarahi pengunjung, diantaranya Makam Eyang Panjisena, Eyang Dalem Peundeuy, Ambu Sumerah, Eyang Lathifah, Eyang Sembah Dalem Wiradadaha, dan lain-lain.
Terkhusus di Batu Mahpar sendiri, beberapa waktu lalu ditemukan beberapa artefak dan patung Ganesha dan sampai saat ini masih dalam penyelidikan Dinas Pariwisata setempat. Sebagai upaya menapaki jejak masa lalu supaya tidak tergerus oleh zaman, masyarakat setempat menyelenggarakan Olimpiade Batu Mahpar.
Jika Traveler beruntung, dapat sekaligus melihat berbagai kesenian khas tanah Sunda seperti angklung, calung, dan pencak silat. Tak ketinggalan pula berbagai permainan tradisional anak-anak atau biasa disebut kaulinan barudak. Dengan diadakannya acara-acara seperti ini, diharapkan menjadi refleksi bahwa kebudayaan dan alam yang lestari harus dirawat sedemikian rupa supaya bisa juga dinikmati oleh anak-cucu kita nanti.
Memang cukup jauh untuk menjamah lokasi ini. Waktu tempuh kira-kira membutuhkan 45-60 menit dari Alun-alun Kota Tasikmalaya. Tapi tak perlu khawatir bosan di perjalanan. Untuk menuju lokasi, kita akan disuguhkan panorama alam yang masih asri dan sesekali sapaan dan senyum ramah orang-orang sekitar. Medan yang ditempuh pun terbilang mudah sebab hampir seluruh jalan sudah bukan jalan berbatu atau tanah lagi. Untuk harga tiket masuk cukup murah dengan kisaran Rp.10.000-15.000/orang. Jika dirasa cukup bermain air atau menghirup udara dingin, Traveler bisa istirahat sejenak dan mengisi perut yang keroncongan di warung-warung kecil yang telah disediakan. Lagi-lagi, harganya tidak menguras kantong lho! (AN/IPG)