Bagi Bung Karno tinggal di pengasingan sudah menjadi hal biasa bahkan hingga masa perang kemerdekaan sekalipun. Saat Belanda melancarkan agresi militer kedua bulan Desember 1948 Bung Karno dan beberapa menteri kabinetnya ditangkap dan kembali diasingkan oleh Belanda ke Muntok, Pulau Bangka. Bung Karno diasingkan di Pesanggrahan Menumbing sebelum akhirnya pindah ke Wisma Ranggam yang lebih hangat.
Pesanggrahan Menumbing merupakan tempat peristirahatan para pegawai asal Belanda yang bekerja di pertambangan timah di Bangka. Walau tak jauh dari pantai, lokasinya berada di atas bukit sehingga suhunya cukup dingin dan cocok sebagai tempat rehat seperti di Puncak Bogor. Karena posisinya tersebut serta letaknya cukup jauh dari permukiman, membuat Belanda memindahkan Bung Karno dan para tokoh lainnya ke pesanggrahan Menumbing.
Soekarno tinggal di Bangka bersama Hatta dan Agus Salim setelah sebelumnya sempat dipisahkan. Hatta lebih dulu tinggal di Bangka sementara Soekarno dan Agus Salim sempat dibawa ke Brastagi sebelum akhirnya disatukan kembali. Sebenarnya ada satu tokoh lagi yaitu Sutan Syahrir, namun beliau setelah ikut ke Brastagi langsung dipulangkan ke Jakarta dan berpisah dengan Soekarno dan Agus Salim. Namun karena Bung Karno tidak tahan udara dingin akhirnya dipindahkan ke Wisma Ranggam yang terletak lebih dekat ke pantai dan suhu udaranya lebih hangat.
Kini pesanggrahan Menumbing menjadi musium yang menyimpan kenangan Bung Karno selama di Pulau Bangka. Di musium tersebut tersimpan mobil tua Ford berplat BN 10 yang digunakan Bung Karno dan kawan-kawannya selama di Bangka. Selain itu juga terdapat kamar khusus yang ditinggali Bung Karno selama di pesanggrahan, dan ruang rapat di tengah gedung. Pesanggrahan itu sendiri terdiri dari dua lantai, lantai bawah untuk ruang rapat, ruang tamu, dan kamar yang ditempati Bung Karno. Sementara di lantai dua terdapat juga kamar-kamar dan ruang terbuka untuk melihat pemandangan alam di sekitarnya.
Satu lagi hal unik yang lain adalah misteri ular hijau yang melilit di pohon cemara dekat pintu masuk musium. Awalnya agak ngeri juga melihat ular tersebut saat hendak memasuki gedung, namun setelah diperhatikan ternyata nyaris tidak ada gerakan sama sekali. Ular tersebut terlihat sama sekali diam dan seperti tidak terpengaruh ada manusia yang lewat di hadapannya. Menurut penjaga, ular tersebut sama sekali tidak mengganggu manusia dan hanya sekedar tinggal di pohon cemara itu saja.
Konon katanya ular tersebut sudah ada sejak zaman dulu, namun tidak diketahui pasti kapan pertama kali ular tersebut nangkring di pohon cemara tersebut. Jumlahnyapun tidak jelas, ada yang mengatakan jumlahnya dua ekor, tapi ada pula yang mengatakan hingga lima ekor. Penulis sendiri hanya melihat satu ekor ular hijau yang sedang melilitkan dirinya di salah satu batang pohon cemara.
Karena letaknya terpencil di atas bukit yang sunyi namun masih hijau, sebaiknya membawa kendaraan sendiri untuk menuju ke pesanggrahan. Jaraknya sekitar 10 kilometer dari pusat kota Muntok atau 140 kilometer dari Pangkalpinang dengan waktu tempuh sekitar 3-4 jam perjalanan darat. Muntok sendiri merupakan pintu masuk Pulau Bangka melalui jalan darat dari arah Palembang yang dihubungkan dengan pelabuhan ferry. Jadi bagi wisatawan yang ingin memasuki Pulau Bangka dari Sumatera harus melalui pelabuhan Tanjung Api-Api untuk naik kapal ferry menuju pelabuhan Muntok.(Diaz