Kebudayaan Suku Makassar tidak jauh berbeda dengan suku Bugis, yang sebagian besar menetap di daerah Sulawesi Selatan.
Mereka juga terkenal sebagai komunitas masyarakat yang setia, untuk selalu menjaga tradisi serta adat istiadatnya. Jadi tidaklah mengherankan, jika semua warisan leluhur tersebut tetap lestari hingga saat ini, dan tidak tergerus oleh modernisasi.
Berikut adalah 5 upacara adat Suku Makassar yang tetap eksis hingga saat ini.
1. Accera Kalompoang
Upacara adat Accera Kalompong adalah ritual untuk membersihkan benda-benda pusaka peninggalan Kerajaan Gowa, yang tersimpan di Museum Balla Lompoa.
Tujuan dari upacara ini adalah pembersihan dan penimbangan mahkota yang sudah ada sejak abad ke-14.
Raja Gowa, I Tumanurunga, adalah orang pertama yang menggunakan mahkota tersebu. Dan selanjutnya, menjadi simbol dari pelantikan Raja-Raja Gowa berikutnya.
Pencucian harta benda kerajaan tersebut, menggunakan udara suci.
Pada awal pelaksanaan ritual, juga akan membacakan surat Al-Fatihah oleh para peserta dan guru besar, yang datang ke upacara tersebut.
Khusus untuk berbagai senjata pusaka seperti keris, parang dan mata makam, pelaksanaan cara pencuciannya agak berbeda.
Yaitu, menggosoknya dengan berbagai ramuan minyak wangi, rautan bambu, dan jeruk nipis.
Prosesi upacara ini memang terasa unik dan sakral, karena setiap masyarakat yang hadir, harus menggunakan pakaian adat Makassar.
2. Mappalili, Upacara Adat Suku Makassar
Tradisi Mappalili merupakan upacara adat Suku Makassar, untuk mengawali musim tanam padi di sawah.
Ritual ini akan berlangsung di bawah pimpinan seorang pendeta, dengan sebutan Puang Matoa.
Semua peserta upacara akan mengenakan kemeja dan sarung berwarna dominan putih, serta songkok.
Selain itu, Puang Matoa juga menggunakan sejenis pentungan bernama kato-kato, khusus untuk memanggil para laki – laki..
Sedangkan untuk para perempuan, akan menggunakan alat bernama kalung-kalung, untuk memanggilnya.
3. Adat Perkawinan Suku Makassar
Tata cara upacara adat Suku Makassar dalam acara perkawinan, memiliki sebelas prosesi dan tahapan pelaksanaan, yang antara lain adalah:
- A’jangang-jangang, yang merupakan tahap pengenalan mempelai
- A’suro, atau melamar.
- A’pa’nassar, untuk menentukan hari pernikahan.
- Appanai Leko ‘Lompo, atau prosesi sirih pinang.
- A’barumbung, yaitu melakukan mandi uap, dan akan berlangsung selama tiga hari.
- Appassili bunting, atau siraman.
- A’bubbu, yaitu mencukur rambut halus dari calon mempelai.
- Akkorontigi, atau malam pacar.
- Assimorong, yaitu akad nikah.
- Allekka ‘bunting, atau mundu mantu.
- Appa’bajikang bunting, yaitu menyatukan kedua mempelai.
4. Anynyapu Battang, Upacara Kelahiran Suku Makassar
Masa kehamilan anak pertama, merupakan waktu yang penuh penantian, bagi sepasang suami istri.
Bagi Suku Makassar, kehamilan pada masa itu, memiliki sebutan Angngirang.
Apabila kandungan sudah melewati usia tujuh bulan, pasangan akan melakukan upacara Anynyapu Battang.
Pada upacara tersebut, kedua keluarga akan menyediakan berbagai macam makanan tradisional.
Acara pertama dalam upacara ini, adalah dengan memandikan calon ibu dan suami, dengan istilahnya adalah Nipassilli.
Tujuan dari upacara ini adalah, untuk menjaga calon ibu dan bayi yang akan lahir, dari semua pengaruh jahat.
Selesai mandi ritual tersebut, suami istri tersebut akan mengenakan pakaian adat. Kemudian sang calon ibu akan memilih salah satu makanan yang tersedia, dan menjadi kesukaannya saat itu.
Pasalnya, dari jenis makanan yang terpilih, dapat meramal jenis kelamin sang jabang bayi.
5. Upacara Ammateang, Upacara Kematian Suku Makassar
Upacara Adat Ammateang adalah salah satu upacara adat Suku Makassar yang berupa acara untuk kematian.
Acara ini adalah prosesi orang meninggal, khususnya bagi masyarakat Suku Makassar.
Prosesi ini akan melewati berbagai tahap pelaksanaan, dari memandikan, mendoakan hingga penguburan.
Hanya saja, terdapat beberapa ketentuan khusus dari setiap prosesi yang berlangsung, seperti uraian di bawah ini.
Pajenekang, yaitu menyiramkan air ke tubuh jenazah, sambil melantunkan pembacaan do’a dan tahlil.
Pasuina, membersihkan bagian tubuh jenazah
Pabbisina, yaitu membersihkan organ vital jenazah, oleh para keluarga terdekat
Pamaralui, menyiramkan air mandi terakhir sekaligus mewudhukan jenazah
Jenazah yang sudah bersih akan segera dikafani dengan menggunakan kain kaci oleh pihak keluarga terdekatnya.
Setelah itu imam dan beberapa pengikutnya akan menyembahyangkannya menurut aturan Islam.
Saat prosesi pemakaman, Imam atau tokoh masyarakat yang hadir, akan meletakkan segenggam tanah yang telah berisi doa ke wajah jenazah. Hal tersebut sebagai tanda Siame atau penyatuan kembali dengan tanah.
Setelah penguburan selesai, Imam akan membacakan talkin dan tahlil, dengan maksud agar almarhum dapat menjawaban setiap malaikat penjaga kubur dengan lancar.
Sumber : seringjalan