Candi Ngawen terletak di Desa Gunungpring, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, merupakan satu dari sekian banyak candi di Kabupaten Magelang yang bercorak Budha.  Dilihat dari segi lokasi, Candi Ngawen terletak tidak jauh dari pasar Muntilan. Dari Jalan Pemuda Muntilan hanya sekitar satu kilometer ke selatan. Tidak begitu sulit menemukan keberadaan candi ini. Suasana alam yang membingkai Candi Ngawen masih terlihat alami. Dengan warna hijau sawah yang membentang di sekelilingnya menambah cantik pesona candi yang tak terbaca ini.
Kompleks Candi Ngawen terdiri dari lima bangunan candi dengan letak berderet, yaitu dua candi induk dan tiga candi apit. Candi induk adalah candi utama, sementara candi apit adalah candi yang letaknya mengapit candi induk atau bangunan pendamping candi induk. Karena candi induk diapit oleh candi apit, letak dari candi induk ada pada bangunan kedua dan keempat.
Diantara empat candi lainnya, candi induk yang pertama merupakan satu-satunya candi yang masih lengkap. Namun demikian, sayangnya stupa pada candi ini sudah pecah menjadi beberapa bagian. Sehingga stupa candi tidak dipasang dan namun disimpan dan diamankan. Sebagai candi yang paling utuh, candi induk pertama itu memang paling banyak batu penyusunnya. Untuk memperkokoh serta tujuan pengamanan, candi ini pun sedikit direnovasi dengan memperkuat sambungan batu tersebut dengan memberi lapisan semen.  Sementara batu asli yang rusak, terpaksa diganti dengan batu polosan. Batu polosan yang dimaksud adalah batu yang tidak ber-relief seperti aslinya.
Berbeda dengan candi induk pertama, keadaan candi induk kedua lebih parah, banyak batu penyusun yang pecah-pecah dan hilang, termasuk stupanya juga hilang. Hal ini membuat bangunan keempat pada Candi Ngawen kurang sempurna. Hanya berlantai namun tak beratap dan tak berdinding. Selain itu, banyaknya bebatuan di pelataran candi, ternyata bukan sebatas batu penyusun candi induk dan candi apit. Masih banyak lagi batu-batu lain yang ditemukan, namun tidak termasuk dalam batu penyusun candi induk dan apit. Batu-batu itu adalah batu lain yang hingga sekarang belum jelas arti dan fungsinya namun tetap tertata rapi di taman candi. Untuk memperindah pelataran candi, pihak pengelola menanami bunga-bunga indah, beserta kolam lengkap dengan bunga teratai di tengahnya.
Pada awalnya Candi Ngawen ditemukan oleh Belanda. Belanda pun memugarnya sekitar tahun 1911. Menurut catatan yang ada pada pos penjagaan, Candi Ngawen dibangun sekitar abad 8, tepatnya pada masa dinasti Syailendra (Budha) dan dinasti Rakaipikatan (Hindu). Candi ini termasuk dalam Candi Budha meskipun dibangun oleh dua dinasti yang berbeda. Karena dibangun pada dua dinasti inilah Candi Ngawen dijuluki Candi Peralihan.
Selintas terlihat bentuk bangunan Candi Ngawen mirip dengan bangunan candi Hindu. Hal ini dapat dilihat dari bangunan candi yang meruncing. Namun, jika diamati dengan seksama, candi ini memiliki stupa dan teras (undak-undak) yang menjadi simbol dalam candi-candi Budha. Selain bangunannya yang mirip dengan candi Hindu, bentuk bangunan Candi Ngawen memiliki sedikit banyak kesamaan dengan Candi Mendut. Candi Mendut yang merupakan rangkaian candi Budha sekitar 5 km dari situs ini.
Fungsi Candi Ngawen memang diperuntukkan sebagai tempat beribadah umat Budha.  Namun saat ini, fungsi tersebut kurang dimaksimalkan. Candi ini cenderung jarang dikunjungi. Meskipun pada perayaan Waisak bangunan situs yang terletak di Muntilan ini biasanya digunakan atau dikunjungi untuk beribadah, namun pengunjungnya hanya sedikit.(Puteri)