Provinsi Riau bukalah daerah tujuan wisata utama di Indonesia. Orang berkunjung ke Riau rata-rata karena urusan bisnis atau pribadi, bukan sekedar untuk berwisata sehingga jarang terdapat obyek wisata di provinsi tersebut. Namun bukan berarti tidak ada obyek wisata sama sekali, ada, tetapi jumlahnya tidak banyak dan lokasinya tersebar.
Salah satunya adalah air terjun Guruh Gemurai yang terletak di Kabupaten Kuantan Singingi. Dari kota Pekanbaru jaraknya sekitar 190 kilometer ke arah Teluk Kuantan dengan waktu tempuh sekitar empat jam perjalanan. Cukup jauh memang dan pemandangannya agak membosankan karena sebagian besar melalui perkebunan kelapa sawit yang membentang luas di wilayah tersebut.
Lokasinya sendiri berada tak jauh dari jalan raya Pekanbaru – Sungaidaerah, sekitar 1,5 kilometer ke dalam. Dulunya air terjun ini dimiliki oleh sebuah keluarga yang tinggal tak jauh dari situ. Namun beberapa tahun lalu tanah tersebut dibeli oleh pemda setempat dan penghuninya pindah ke tempat lain, meninggalkan sebuah rumah yang masih utuh namun tampak kusam tak terawat.
Air terjun ini cukup tinggi dan bertingkat-tingkat, tidak sekaligus arinya jatuh dari ketinggian. Posisinya juga agak sempit tidak seperti air terjun pada umumnya karena sungai yang melaluinya juga tidak terlalu lebar. Suasana di sekitar air terjun masih sangat rimbun dan sedikit menghalangi cahaya masuk sehingga agak buram ketika diabadikan.
Konon kata penjaga warung setempat, pernah ada seorang gadis jatuh dari tingkat pertama air terjun. Suara jeritannya kadang masih terdengar terutama saat sore menjelang malam. Selain itu pernah juga terjadi pertengkaran antar jawara yang berakhir dengan pembunuhan dan mayatnya ditinggalkan di sekitar air terjun.
Jadi agak merinding mendengar cerita misteri yang terjadi di sekitar air terjun. Apalagi kebetulan hari itu pas sepi pengunjung, bulu kuduk langsung berdiri begitu melangkahkan kaki ke bawah untuk menikmati derasnya aliran air yang menyembur dari puncak sungai. Untunglah saya tidak sendiri sehingga hati ini agak tenang, maklum sudah agak sore kami datang.
Karena posisinya bertingkat, jarak antara puncak dengan lembah cukup jauh, diperkirakan lebih dari seratus meter tingginya. Sayapun tak berani terlalu jauh turun ke bawah, hanya sampai ke tingkatan kedua saja. Takut waktunya tak cukup untuk kembali ke atas dalam keadaan masih terang, dan juga usia yang sudah tidak memungkinkan lagi naik turun dengan jarak yang tinggi. Airnya sendiri masih cukup jernih pertanda belum banyak kerusakan lingkungan di atasnya. Hanya sayangnya tempat ini agak kurang bersih karena ada bekas botol dan bungkus makanan yang dibiarkan begitu saja tak diangkat oleh petugas.
Fasilitas yang tersedia lumayan lengkap, ada tempat parkir yang luas, toilet, dan beberapa warung yang menyediakan makanan kecil seperti mie instan dan minuman hangat seperti kopi dan teh. Berhubung saya berkunjung di hari kerja, jadi tidak ada pungutan tiket masuk karena tidak ada penjaga di gerbangnya. Sayangnya tidak ada angkutan seperti ojek dari jalan raya ke dalam air terjun sehingga bagi pengguna angkutan umum harus berjalan kaki sejauh 1,5 kilometer untuk mencapai tepi air terjun.
Angkutan umum juga agak sulit ditemui di tepi jalan raya, jadi sebaiknya membawa kendaraan sendiri atau menyewa kendaraan dari Pekanbaru agar lebih leluasa berkunjung. Mengingat lamanya waktu perjalanan, disarankan untuk berangkat pagi hari sebelum jam 8, lalu bisa istirahat makan siang di Teluk Kuantan sebelum melanjutkan perjalanan ke air terjun, dan juga usia yang sudah tidak memungkinkan lagi naik turun dengan jarak yang tinggi.
Karena lebih banyak memakan waktu di perjalanan, sekitar 8 jam pulang balik ke Pekanbaru, sebaiknya jangan terlalu cepat pulang setiba di sana. Walaupun lokasinya kecil dan tak butuh waktu lebih dari dua jam untuk menjejelajahinya, sisa waktunya bisa digunakan untuk ngopi sambil ngobrol menggali sejarah air terjun dengan penjaga warung setempat.(Diaz/Kuniel)